Minat Oktovia dan Dzikri terhadap masyarakat Rowoboni, Banyubiru, Semarang, yang hidup dikelilingi eceng gondok, sangat besar. Namun, sayangnya, kekayaan sumber daya alam tersebut belum dimanfaatkan secara maksimal. Meskipun di sana terdapat pengrajin-pengrajin yang mengolah eceng gondok menjadi buah tangan dan karya handycraft lainnya, tak membuat duo ini pantang menyerah.
"Kami ingin sumber daya alam tersebut dapat diolah lebih maksimal. Tak hanya sekadar kerajinan tangan, melainkan diproduksi massal dalam bentuk papan partikel eceng gondok. Oleh karena itulah kami menyebutnya sebagai "paradoks". Kami telah menghitung secara ekonomis, ongkos produksi, proyeksi pendapatan, dan keuntungannya," tambah Dzikri yang optimistis, kalkulasi ekonomis yang mereka lakukan dapat meningkatkan perekonomian masyarakat Rowoboni.
Karya tulis mengenai "paradoks" ini menyisihkan ratusan karya tulis lainnya dan dinilai juri cukup inovatif, kreatif, serta juga dapat diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat.
Namun, sebelum niat mulia Oktovia dan Dzikri terwujud, Tuhan memiliki rencana lain. Rencana yang lebih indah, tentu saja, dengan memeluk gadis imut yang belum genap 21 tahun tersebut kembali ke pangkuan-Nya pada Kamis (16/10/2014).
Selamat jalan peneliti muda....
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.