Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minggu Ketiga Demonstrasi, Penjualan Rumah di Hong Kong Jeblok

Kompas.com - 16/10/2014, 13:31 WIB
Latief

Penulis

Sumber Bloomberg
KOMPAS.com - Transaksi penjualan rumah eksisting atau rumah second di Hong Kong terus menurun di tengah gelombang protes pro-demokrasi yang memasuki minggu ketiga. Bulan ini jumlah rumah yang berpindah tangan turun sekitar 20 persen, lebih rendah dibandingkan periode yang sama pada September lalu.

Menurut Sammy Po, Chief Executive di Midland Holdings Ltd, Hong Kong, baik pembeli maupun penjual kini lebih berhati-hati. Beberapa pemilik rumah memberi potongan harga hingga 3 persen sejak demontrasi dimulai.

"Tapi sebagian besar lainnya belum beranjak," kata Po.

Harga rumah second mencapai titik tertinggi terjadi pada September lalu. Hal tersebut belum terpengaruh oleh kebuntuan politik akibat aksi 200.000 demonstran yang menduduki jalan raya utama Hong Kong. Broker properti lokal, Savills Plc, melansir bahwa banyak pemilik rumah tidak terburu-buru untuk menjual properti mereka. Beberapa pembeli potensial banyak yang terhalang oleh ketidakpastian politik di kota itu.

"Ini adalah reaksi normal," kata Wong Leung-Sing, Direktur Asosiasi Penelitian di Centaline Property Agency Ltd, Hong Kong. 

Wong mengatakan, harga rumah sempat turun 0,4 persen pada pekan pertama atau 5 Oktober, sejak protes dimulai pada 26 September lalu. Penurunan harga mencapai 5,2 persen sejak pemerintah menaikkan dua kali pajak properti pada Februari tahun lalu dan telah kembali pulih menjadi 7,3 persen tahun ini.

Pemotongan

Para pengunjuk rasa Hong Kong menuntut pemilihan kepala eksekutif Hong Kong bebas dari pengaruh China pada 2017 nanti. Demonstrasi dimulai di luar markas pemerintah dan menyebar ke jalan-jalan raya di distrik bisnis utama kota dan perbelanjaan utama. Hal tersebut mendorong Bank of America Corp memangkas proyeksi pertumbuhan ekonomi untuk Hong Kong tahun ini.

"Jika terus berlanjut dan memburuk, itu akan mempengaruhi kehidupan masyarakat dan perekonomian," kata Midland Po.

"Kemudian, daya beli yang melemah akan mempengaruhi pasar properti," tambahnya.

Nicole Wong, Kepala Riset Properti CLSA Ltd menimpali, bahwa probabilitas kenaikan suku bunga jauh lebih tinggi dan cenderung berdampak lebih besar pada permintaan perumahan.

Wong sendiri menyerukan harga rumah harus turun hingga 10 persen tahun depan dan 5 persen pada tahun 2016.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau