Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Rumah Meroket, Australia Perketat Kredit

Kompas.com - 01/10/2014, 18:05 WIB
Arimbi Ramadhiani

Penulis

KOMPAS.com - Harga rumah di Sydney, Australia, diketahui lebih mahal ketimbang New York. Harga rerata pada September lalu, melonjak 14,3 persen dibanding Agustus, menjadi sekitar 655 ribu dollar AS atau Rp 7,96 miliar per unit.

Sedangkan harga rumah di New York, menurut data CoreLogic Home Value Index pada Agustus 2014, sekitar 539.500 dollar AS atau Rp 6,5 miliar.

Akselerasi pertumbuhan harga tersebut, jelas memaksa bank sentral Australia (Royal Bank of Australia atau RBA) menerapkan kebijakan pendinginan. Mereka mengubah sikapnya dalam penyaluran  kredit pemilikan rumah (KPR).

Gubernur Negara Bagian New South of Wales, Glenn Stevens mengatakan, regulator harus mengeksplorasi "alat yang mungkin, dapat bersandar pada kebijakan atau pengetatan itu".

Langkah tersebut dinilai para analis bisa memaksa bank untuk menghitung persetujuan kredit pada tingkat bunga yang lebih tinggi dan menyisihkan banyak modal ketika ekonomi tumbuh kuat.

RBA pun berkutat dengan teka-teki yang kemudian mendorong lembaga sejawat di Inggris dan juga Selandia Baru untuk memperketat aturan pinjaman sambil menjaga suku bunga rendah untuk menghidupkan kembali industri lainnya. Tugas rumit Stevens adalah menjaga lonjakan harga rumah di Sydney dan Melbourne.

"Ini tidak mudah karena Anda menargetkan investor hanya di dua ibukota. Satu hal yang Anda tidak ingin lakukan adalah menghilangkan minat investor dalam membangun rumah, kemudian pasar sewa menjadi ketat," kata National Australia Bank Ltd. Chief Economist, Alan Oste.

Panel parlemen telah meminta pejabat RBA untuk menjelaskan mengapa mereka mempertimbangkan perubahan aturan pinjaman di tengah kekhawatiran "rusaknya" pasar  konstruksi perumahan di negara dengan populasi yang tumbuh cepat dan pasokan perumahan terbatas. Anggota parlemen akan mempertanyakan Deputi Gubernur RBA, Malcolm Edey, yang memegang sistem finansial, dan Luci Ellis sebagai kepala unit stabilitas finansial.

Ekonom Australia UBS AG, yang dipimpin oleh Scott Haslem, mengatakan regulator mempertimbangkan untuk meminta bank menaikkan suku bunga KPR sebesar 3 persen. Selama ini, suku bunga KPR yang berlaku adalah 2 persen. Dengan suku bunga baru ini, debitur yang akan mengajukan aplikasi KPR dapat terseleksi dengan ketat sesuai dengan pendapatan mereka.

Data yang dirilis RBA menunjukkan pertumbuhan KPR mengalami percepatan 9,2 persen dalam 12 bulan hingga Agustus dari tahun sebelumnya. Ini merupakan laju tercepat sejak April 2008.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau