Sementara di Samarinda, ongkos konstruksi bisa menembus angka sekitar Rp 6 juta hingga Rp 8 juta per meter persegi. Angka ini 15 persen hingga 20 persen lebih tinggi ketimbang biaya pembangunan di Pulau Jawa.
"Namun, itu sangat tergantung pada kualitas bangunan dan pengerjaan konstruksi serta kompleksitas desain. Jika bangunannya berkualitas tinggi atau di atas rerata dan mengadopsi material sangat spesifik atau hemat energi dan ramah lingkungan, bisa di atas angka itu," ungkap Direktur Ciputra Group, Sugwantono Tanto, kepada Kompas.com, Selasa (30/9/2014).
Tingginya ongkos konstruksi tersebut, dianggap sangat mengganggu perhitungan desain dan realisasi pembangunan. Terlebih saat nilai tukar Rupiah terhadap Dollar AS kian melemah, membuat harga material-material bangunan yang didatangkan dari mancanegara melonjak tajam. Hal ini semakin mendorong lonjakan ongkos konstruksi.
CEO Govindo Group, Dicky Gunawan, menambahkan, pihaknya harus melakukan rekalkulasi biaya konstruksi dan menyesuaikan desain untuk proyek Big Mall. Mereka juga harus pertimbangkan ketersediaan material bangunan.
"Batu-batu besar untuk kepentingan fondasi saja harus kami datangkan dari Palu, Sulawesi Tengah. Ini menambah tinggi biaya produksi," papar Dicky.
Dia menuturkan, berbeda dengan di Pulau Jawa di mana proses distribusi berlangsung dengan lancar sehingga memudahkan kontraktor dan pengembang membeli atau mengganti bahan bangunan. Di kedua kota tersebut, kata Dicky, tidak mudah mendapatkan material bangunan yang diinginkan sesuai kebutuhan desain dan konsep proyek.
"Jangankan mengganti-ganti, mendapatkanbatu andesit saja susah. Kami harus "mengimpor"-nya dari luar provinsi. Untungnya posisi Samarinda dekat dengan Sulawesi, jadi biaya pengiriman tidak terlalu mahal," keluh Dicky.
Meski kesulitan mendapatkan material spesifik yang dibutuhkan, namun Dicky tidak melakukan pengurangan kualitas bangunan. "Kami bangun tetap sesuai desain, baik proyek Big Mall di Samarinda, maupun Duta Mall di Banjarmasin," tandasnya.
Demikian halnya dengan Ciputra Group yang berencana mengembangkan Mal Ciputra Banjarmasin. Menurut Sugwantono, desain mal yang dikerjakan AEDAS, akan membutuhkan material bangunan yang berkualitas tinggi.
"Kami sudah mengantisipasi jika nanti harga konstruksi jauh lebih tinggi dari yang sekarang. Karena perhitungan kami, kualitas bangunan Mal Ciputra Banjarmasin di atas rerata," pungkas Sugwantono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.