"Saya pikir 2015 akan menjadi puncak pertumbuhan pasar properti. Akan tetapi, jika kita mendukung itu, pertumbuhan dapat diperpanjang untuk menghindari penurunan, menghindari perangkap 2008," kata Masood.
Untuk diketahui, pasar properti Dubai hancur pada 2008-2009 karena anjloknya harga sampai 60 persen. Kejadian dramatis tersebut, kata Masood, tidak mungkin terulang lagi karena pertumbuhan ini cenderung dikelola dengan cara yang lebih strategis.
Tasweek Real Estate Development sendiri saat ini mengelola sejumlah proyek di Maroko, Uni Emirat Arab, dan Malaysia. Mereka berencana melantai di bursa efek Dubai dengan nilai 272 juta dollar AS (Rp 3,1 triliun) pada kuartal IV 2014.
Berbeda dengan Masood, konsultan properti JLL justru beranggapan bahwa pasar properti Dubai melambat seiring langkah pemerintah mengekang spekulasi pembelian rumah sebagai dampak melejitnya harga. Tingginya harga memengaruhi permintaan.
Menurut JLL, tren kuartal kedua menunjukkan risiko pasar properti Dubai terlalu panas dan kemudian melambat. "Walau demikian, pasar melambat
sebetulnya berita baik, yakni ketika pasar akhirnya mencapai siklus jatuh, menarik kembali ke keadaan semula. Ini yang terjadi pada lima tahun lalu, yang langsung memicu krisis," ujar Kepala Riset JLL Timur Tengah Craig Plumb.Untuk saat ini, Plumb mengatakan, pasar perumahan tumbuh cepat. Harga jualnya rata-rata melonjak 36 persen lebih tinggi dibanding kuartal kedua tahun 2013. Harga sewa juga naik 24 persen, setelah kenaikan 23 persen pada kuartal sebelumnya. Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.