Melansir data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), jumlah investasi tersebut berasal dari investasi asing senilai 403,3 juta dollar AS atau ekuivalen dengan Rp 4,6 triliun, dan investasi dalam negeri sebesar Rp 4,6 triliun.
Jumlah investasi ini melampaui capaian realisasi investasi sektor properti sepanjang 2013 yang tercatat hanya sebesar Rp 7,4 triliun.
Seluruh nilai investasi tersebut direalisasikan dalam 180 proyek properti yang mencakup perumahan (real estate), kawasan industri, dan perkantoran terkait aktivitas bisnis dantersebar di kota-kota besar di seluruh Indonesia.
Menurut survei JLL, sektor properti melambat lantaran pertumbuhan ekonomi Indonesia juga melemah dan sentimen bisnis di sebagian kalangan menurun sebagai bentuk antisipasi penyelenggaraan pemilu.
Namun demikian, permintaan di subsektor perkantoran, ritel, dan kondominium masih berada di kisaran positif.
Survei JLL menunjukkan, pada kuartal kedua 2014 total penyerapan ruang kantor meningkat. Di wilayah central business district (CBD), tingkat serapan mencapai 21.500 meter persegi atau naik 33 persen dibanding kuartal sebelumnya. Sementara, di luar CBD, penyerapan ruang kantor mencapai 20.000 meter persegi atau hampir sama dengan triwulan sebelumnya.
Demikian halnya dengan ruang ritel mulai yang memperlihatkan pertumbuhan cukup signifikan selama triwulan kedua. Total penyerapan ruang ritel antara April dan Juni 2014 mencapai sekitar 14.000 meter persegi atau melonjak 290 persen dibanding triwulan sebelumnya.
Sementara, sektor yang mengalami pertumbuhan paling besar sejak awal tahun ini adalah kondominium strata yang ditandai dengan tingginya pra komitmen pembelian. Total penjualan konominim sudah mencapai sekitar 7.400 unit.