"Sejak tahun 1990-an itu kami tak lagi ditempatkan pemerintah untuk menjadi penyedia rumah rakyat, jadi sejak itulah kami mulai menjadi developer murni, karena bagaimana pun juga kami adalah BUMN yang harus tetap survive. Kami mulai mengarah pada motif mencari profit," ujar Direktur Utama Perumnas Himawan Arief kepada wartawan di acara HUT ke-40 dan peluncuran logo baru Perumnas di Jakarta, Jumat (19/7/2014).
"Periode 2000-2005 kami mengalami krisis, market share kami hanya 3 persen. Tapi kemudian, mulai 2007 sampai sekarang, kami sudah bisa survive. Market share kami sudah 28 persen," tambahnya.
Sejak 2009, lanjut Himawan, pihaknya memang sudah mengajukan PSO ke Pemerintah dan menawarkan strategic planning untuk membuat road map sebagai pelaksana tugas mengantisipasi pertumbuhan perumahan di Indonesia. Sayangnya, hal itu tidak berjalan atau tanpa ada tindak lanjut.
Toh, kata Himawan, BUMN tersebut bisa bertahan. Hingga saat ini, tersebar lebih dari 400 lokasi dan 187 kota, Perumnas tercatat masih menjadi pelopor pembangunan hunian dan kawasan permukiman di Indonesia. Kota-kota tersebut kini menjadi penyangga Ibukota dan berubah menjadi kota-kota baru yang terus berkembang, seperti Depok, Bekasi, Antapani (Bandung), Panakukang (Makassar), dan lain-lainnya.
Himawan mengatakan, di tengah tuntutan untuk bisa mencari keuntungan dan tetap menjadi penyedia rumah bagi rakyat, ke depan Perumnas akan bertransformasi untuk meningkatkan peran dan fungsinya sebagai motor pembangunan hunian dan permukiman. Apalagi, tantangan saat ini semakin tinggi, yaitu angka kekurangan (backlog) rumah mencapai 15 juta unit dengan pertumbuhan perumahan kurang lebih 800 ribu unit per tahun.
"Suplai perumahan dari pengembang hanya 15 persen per tahun dengan pertumbuhan properti dalam 5 tahun terakhir rata-ratanya 21 persen. Ini tentu tantangan besar bagi Perumnas untuk kembali membuktikan diri menjadi penyedia perumahan dan permukiman," ujarnya.
Untuk menambah semangat mencapai tujuan itu, bertepatan dengan ulang tahun ke-40 tahun ini Perumnas meluncurkan logo barunya. Logo baru berbentuk rumah tersebut menggambarkan komitmen sebagai kepanjangan tangan pemerintah dalam penyediaan rumah rakyat, sementara warna hijau dan biru melambangkan dinamika industri properti Tanah Air.
"Transformasi kami menuju Perumnas baru adalah bentuk kerja keras. Kami berubah untuk menjadi lebih baik," kata Himawan.
Saat ini, dengan cakupan area operasional dari Sabang sampai Merauke, Perumnas terbagi menjadi 8 regional strategis. Tahun lalu, perusahaan BUMN tersebut mampu menutup pendapatan sebesar 1,204 triliun dengan profit mencapai Rp 94 miliar.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.