Merrill Lynch menambahkan bahwa pertumbuhan riil PDB cenderung menjadi lebih kecil sekitar 0,5 persen karena banyak uang yang seharusnya dibayar untuk menggaji pekerja dan membayar barang impor, tetapi malah tertunda.
Walaupun demikian, Merrill Lynch tetap optimistis bahwa belanja infrastruktur yang lebih besar kemungkinan besar akan terus berlanjut. Mereka memproyeksikan, dalam lima tahun, jumlah belanja modal kumulatif yang dianggarkan pemerintah sekitar 100 miliar dollar AS (Rp 1.170 triliun).
Ekonom Merril Lynch, Jean-Michel Salib, mengatakan, tanpa Piala Dunia, Qatar bakal kehilangan fokus dan eksekusi melanjutkan megaproyek raksasa seperti stadion dan hotel. Namun, tidak demikian halnya dengan infrastruktur.
"Proyek-proyek infrastruktur merupakan visi utama transformasi Qatar. Sebut saja megaproyek Lusail City, jaringan transportasi metro, kereta api, atau pelabuhan yang direncanakan secara mandiri, terpisah dari penyelenggaraan Piala Dunia," ujar Jean-Michel Salib.
Sekadar informasi, isu pembatalan terus bergulir menyusul penyelidikan Komite Etik FIFA atas tuduhan korupsi dan kasus suap seputar penunjukan tuan rumah Piala Dunia 2018 di Rusia dan 2022 di Qatar. Dugaan suap ditujukan kepada mantan anggota Komite Eksekutif FIFA, Mohamed bin Hammam, yang menyuap sejumlah pimpinan federasi sepak bola Afrika untuk memilih Qatar.