Berdasarkan riset lembaga keuangan Merrill Lynch, orang-orang tidak membeli properti karena saat ini sentimen pasar sedang tidak baik. Pembeli potensial sedang menunggu potongan harga lebih lanjut. Wajar jika volume penjualan di kota-kota besar pada semester pertama turun 20 persen sampai 30 persen.
Sementara itu, menurut data Centaline Property, calon pembeli di enam kota besar China daratan, tidak akan melakukan transaksi tahun ini. Berbeda dengan hasil riset tahun lalu, transaksi jor-joran justru banyak dilakukan karena suku bunga kredit jauh lebih rendah. Tahun ini, meskipun kredit dilonggarkan, tingkat suku bunga jauh lebih tinggi.
Urbanisasi
Kendati pertumbuhan volume investasi properti tak sebesar tahun lalu, namun pasar China diprediksi akan pulih tahun ini. Gerakan urbanisasi turut mendorong terciptanya perbaikan di sektor properti.
Betapa tidak, tingkat urbanisasi di Tiongkok berada pada angka 53 persen dan akan melonjak sebanyak 60 persen hingga akhir dekade atau 2020 nanti. Tingkat urbanisasi ini akan menghasilkan sejumlah besar pencari rumah di kota-kota utama seperti Beijing, Shanghai, Guangzhou, dan Tianjin.
Selain itu, banyak properti perumahan di kota-kota besar yang dibangun sebelum reformasi perumahan pada 1998.
"Mereka berada dalam kondisi yang buruk sekarang. Banyak orang mencari rumah untuk meningkatkan standar hidup saat pendapatan tumbuh. Secara umum, daya beli dan tingkat keterjangkauan membaik, karena rumah tangga secara keseluruhan mengalami pertumbuhan pendapatan yang melebihi pertumbuhan harga rumah," tulis Merrill Lynch.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.