Betapa tidak, kaki langit Manhattan versi Tiongkok di Conch Bay, utara Tianjin, ini dilatarbelakangi oleh proyek menara-menara kantor kosong dan hotel yang belum kelar pembangunannya. Meskipun merupakan kota pelabuhan, namun pembangunan properti berupa gedung-gedung pencakar langit terjadi sangat masif.
Sayangnya, akibat ekonomi melambat, proyek-proyek tersebut terpaksa berhenti dari aktivitas konstruksi setelah ledakan investasi yang belum pernah terjadi sebelumnya. Meninggalkan jejak-jejak konstruksi tertutup debu, terbengkalai, dan sepi seperti kota hantu.
Salah satu pencakar langit tertinggi yakni Glorious Oriental yang mencakup dua menara apartemen dan perkantoran, terhenti pembangunannya. Demikian halnya proyek di ujung utara Conch Bay, yakni bangunan utama dari Country Garden Phoenix Hotel, yang diklaim sebagai hotel terbesar di Asia, juga sepi aktivitas.
Kegagalan Conch Bay menggaet penyewa sejak pencakar langit perdana rampung pada 2010, menjadi pertanda buruk bagi kota-kota lain yang senasib. Seperti Yujiapu yang digadang-gadang bakal menyerupai New York.
"Tidak akan ada jalan keluar, itu akan sangat sulit untuk menemukan pembeli berikutnya," imbuh Zhih.
Seluruh kawasan, kata dia, sepi. Ini sekaligus merupakan tantangan yang harus dihadapi para pemimpin Tiongkok sebagai dampak royalnya perbankan memberikan kredit investasi. Walhasil, pendapatan sayap bisnis pembiayaan milik pemerintah daerah Tianjin melorot 68 persen pada 2013 lalu menjadi 950 juta dollar AS. Laba juga anjlok 37 persen menjadi hanya 246,6 juta dollar AS.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.