Menanggapi fenomena itu, arsitektur studio Why-How-What telah melakukan penelitian tentang sejauh mana arsitektur dapat memberikan kontribusi untuk memecahkan masalah pelik tersebut. Dengan mempertimbangkan faktor ekonomis, sosiologis, serta aspek utama lingkungan, pendekatan integratif itu menganalisis dan membahas krisis perumahan di China dan sejarahnya. Studio arsitektur itu mengambil kasus spesifik di Shanghai, dan mencarikan solusi untuk kota-kota China dengan mempertimbangkan Shanghai sebagai tempat eksperimentasi mereka.
Dalam pengantarnya, Why-How-What memaparkan bahwa selama 30 tahun pemerintah komunis terisolasi di dunia. Pada 1978, kebijakan pintu terbuka memungkinkan China membangun hubungan global, dan negara itu kini sepenuhnya terintegrasi dengan sistem ekonomi dunia.
Seperti kota-kota di kawasan timur Asia lainnya, Shanghai telah dibentuk oleh distrik dengan masyarakat terhubung secara sosial. Didorong oleh kekuatan demografi dan ekonomi sejak awal milenium kedua, kota-kota ini berubah sangat cepat. Pola perkotaan tua "rusak" akibat "invasi" bangunan vertikal. Bangunan-bangunan itu menghancurkan dan merelokasi penduduk di pinggiran kota.
Namun, dikejar oleh peningkatan tiga kali lipat jumlah ruang per orang yang tinggal di sebuah kota berpenduduk 17 juta orang itu, selain juga kebutuhan untuk mengakomodasi para migran dari daerah pedesaan, telah mengakibatkan booming perumahan besar di Shanghai. Apalagi, perubahan itu mengorbankan wajah kota tradisional.
Lebih adil
Pertumbuhan perkotaan memang merupakan fenomena yang jauh lebih rumit daripada memusnahkan sebuah infrastruktur yang ada dan menggantinya dengan wajah baru. Seperti diungkapkan Richard Sennett, persoalan itu lebih dari hanya sekadar evolusi ketimbang sebuah pembaharuan.
Ya, semua "wajah asli" kota menghilang akibat perkembangan besar pusat perbelanjaan, blok dan menara-menara apartemen yang dibangun sebagai obyek terisolasi dalam pola perkotaan yang ada. Permukaan tanah juga benar-benar dihilangkan akibat tidak adanya jalan lain yang memaksa orang untuk tinggal dan bekerja dengan cara terisolasi.
Proyek memperkenalkan strategi perkotaan mengenai pelestarian wajah perkotaan yang ada harus melalui kajian multi-sejarah. Sebuah kabupaten dapat dikembangkan untuk memungkinkan perubahan ekonomi lebih kecil yang diperlukan untuk integrasi migran pedesaan baru.
Tak hanya itu. Pertumbuhan perkotaan juga perlu diatur dalam kaitannya dengan masa lalu demi memperbaharui identitas kota. Densifikasi kota dikembangkan dengan cara lebih adil berdasarkan fitur-fiturnya untuk mengurangi relokasi penduduk yang ada dan mengurangi desakan urbanisasi.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.