PT Indocement Tunggal Prakasa Tbk tahun ini kembali mengadakan acara dua tahunannya, yaitu Indocement Award. Indocement Award 2014 kali ini memiliki tema besar "Bagusnya Indonesia".
Salah satu kategori patut disimak dan ditunggu adalah STR Architectural Design Competition atau kompetisi desain arsitektur. Uniknya, tema yang ditetapkan tahun ini relatif sederhana, namun tidak mengerdilkan manfaat maupun tantangannya.
Panitia dan dewan juri terdiri dari arsitek Budi Pradono, arsitek Yori Antar, Ir. Alexander Sastrawan, MSP dari Universitas Parahyangan, Sahat Panggabean dari PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, dan Imelda Akmal menetapkan tema "Desain Fasilitas Publik untuk Kualitas Hidup Lebih Baik". Desain yang dimaksud adalah tempat bermain untuk anak-anak berusia di bawah 13 tahun.
Tema tersebut relatif sulit lantaran tidak banyak referensi tersedia di ruang publik Indonesia. Sementara itu, latar belakang konsep harus berdasarkan kegiatan nyata, punya nilai tambah bagi masyarakat dan lingkungan sekitar, serta memiliki ciri khas bangsa ini.
Siapapun berhak mengikuti kompetisi ini, selama calon peserta merupakan Warga Negara Indonesia (WNI) dan menyerahkan karya asli yang belum pernah dibuat maupun dipublikasikan. Keaslian ide, desain, nilai, serta kelayakan realisasi akan menjadi poin utama dalam penilaian karya.
Anda tertarik tantangan ini? Panitia hanya menerima karya hingga 31 Agustus 2014 mendatang untuk dipresentasikan 16 Oktober 2014. Informasi lebih lanjut bisa segera mengakses laman sayembara ini.
Dua tahun lalu, Hermawan Dasmanto berhasil meraih juara pertama Indocement Awards kategori STR Architectural Design. Dia berhak membawa pulang hadiah senilai Rp25 juta. Tahun ini, pemenang kategori serupa juga akan mendapat hadiah yang sama. Pemenang kedua akan mendapatkan Rp20 juta, ketiga Rp15 juta, dan tiga pemenang harapan masing-masing akan mendapat Rp5 juta.
Kepada Kompas.com, Hermawan mendorong arsitek agar tidak takut mencoba. Namun, arsitek juga perlu membatasi agar karyanya tidak klise. Selain itu, dia juga mengingatkan para arsitek untuk mempertajam pengenalan fenomena di sekitarnya.
"Indonesia itu kan kaya sekali dengan fenomena. Pembacaan fenomena di kita kurang. Indonesia tengah berkembang. Semua hal di dunia ini, terjadi di Indonesia. Mulai dari hal-hal agraris sampai yang ultramoderen terjadi bersamaan secara paralel. Di salah satu sisi, yang sangat high tech ada. Seharusnya kompleksitas banyak," tandas Hermawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.