Berdasarkan data Biro Pusat Statistik di Yerusalem, harga rumah di Israel melonjak 80 persen antara tahun 2007 dan 2013, sementara kenaikan upah tertinggal di 25 persen. Ledakan ini mengancam pertumbuhan ekonomi yang lebih luas akibat besaranya jumlah orang yang menyalurkan lebih banyak uang untuk membeli atau kredit rumah. Demikian menurut Shai Azar, seorang analis real estate Israel Brokerage & Investments (IBI) Ltd di Tel Aviv.
"Harga real estat memaksa orang mengambil hipotek besar, dan ini dapat mempengaruhi nilai konsumsi," kata Azar.
"Orang-orang akan menggunakan tabungan mereka untuk membayar apartemen," tambahnya.
Seperti diberitakan Channel 2 pada 8 Maret, Netanyahu mengatakan, pihaknya tak punya cukup upaya untuk menjinakkan harga rumah. Bulan lalu, IMF bahkan telah memperingatkan bahwa harga rumah di Israel naik 25 persen di atas ambang batas dan hal tersebut akan memicu resesi.
IBI sendiri memperkirakan, saat ini ada kekurangan 80.000 unit rumah. Dengan permintaan tahunan sebesar 40.000 sampai 45.000, 50.000 sampai 60.000 rumah harus dibangun setiap tiga sampai empat tahun ke depan untuk menjembatani kesenjangan.
Saat ini, berdasarkan statistik pemerintah Israel, 7 dari 10 warga Israel tinggal di rumah mereka sendiri. Dengan tiga kamar tidur apartemen sederhana di Tel Aviv senilai 800.000 dollar AS dan upah tahunan rata-rata sekitar 33.000 dollar AS, banyak anak-anak muda yang putus asa bisa punya rumah sendiri. Beberapa anak muda pun kini melanglang ke luar negeri untuk bisa punya rumah sendiri, yang dalam beberapa kasus diketahui pindah ke Jerman atau negara Eropa lainnya.