Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pasar Properti Daerah Semakin Bergairah

Kompas.com - 14/03/2014, 15:47 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hiruk pikuk politik yang semakin meningkat intensitasnya tahun ini, ternyata tak mengganggu para pengembang besar untuk menjalankan strategi bisnisnya. Satu di antara strategi bisnis tersebut adalah berekspansi ke daerah secara agresif.

Pengembang kelas kakap macam Ciputra Group, Lippo Group, dan Sinarmas Land Group yang telah lama merambah daerah kian meningkatkan frekuensi dan intensitas ekspansinya. Mereka mengembangkan proyek baru di Pekanbaru, Pontianak, Samarinda, Balikpapan, Banjarmasin, Manado, Gorontalo, dan Palu.

Ciputra Group, melalui PT Ciputra Development Tbk (CTRA), akan merilis proyek perumahan baru di enam kota di seluruh Indonesia, yakni Samarinda (Kalimantan Timur), Banjarmasin (Kalimantan Selatan), Pontianak (Kalimantan Barat), Pekanbaru (Riau), Gorontalo, dan Palu (Sulawesi Tengah).

Proyek baru tersebut seluruhnya merupakan perumahan dengan luas area sekitar 40 hektar hingga 400 hektar. Pembangunan akan dimulai pada kuartal kedua tahun ini. CTRP telah menyiapkan dana investasi untuk memulai pembangunan infrastruktur dan konstruksi awal perumahan sekitar Rp 50 miliar hingga Rp 100 miliar per proyek.

Sementara Sinarmas Land Group akan merambah 20 kota di seluruh Indonesia. Director Corporate Strategy & Services Sinarmas Land, Ishak Chandra, mengatakan, Sinarmas Land Group akan masuk ke timur, barat, utara, dan selatan Indonesia.

"Makassar, Palembang, Balikapan, Samarinda, Manado, Medan, dan Pekanbaru merupakan beberapa kota yang menarik bagi Sinarmas Land. Kami sudah masuk di Balikpapan, Samarinda, dan Palembang. Dalam waktu dekat akan kami luncurkan proyek baru," buka Ishak, Senin (10/3/2014).

Salah satu proyek yang akan resmi dan dipasarkan Maret tahun ini adalah Grand City Balikpapan, Kalimantan Timur. Bahkan, menurut Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Bumi Serpong Damai Tbk (BSDE), Hermawan Wijaya, target penjualan unit-unit hunian Grand City sudah dipatok senilai Rp 150 miliar pada tahun pertama.

Tak mau kalah dengan Ciputra dan Sinarmas Land, Lippo Group juga sudah menyiapkan beberapa proyek besar. Di antaranya adalah St Moritz Manado di kawasan Kairagi, dan eks Blue Banter di pusat kota, tepatnya Jl Boulevard. Kedua proyek berkonsep mixed use development ini akan terdiri dari apartemen, pusat belanja, dan rumah sakit.

"Nilai proyek St Moritz Manado sekitar Rp 1,8 triliun. Sementara Blue Banter masih kami hitung," ujar Vice President Head of Corporate Communication PT Lippo Karawaci Tbk. (LPKR), Danang Kemayan Jati, Kamis (6/3/2014).

LPKR mengincar Manado, lanjut Danang, karena kota ini punya banyak potensi pasar yang belum dikembangkan secara maksimal. Para pengembang yang sudah lebih dahulu masuk hanya berkonsentrasi di sektor permukiman, sementara sektor properti komersial masih merupakan "barang baru".

Menjanjikan

Aksi koporasi tiga pengembang raksasa tersebut, menurut CEO Leads Property Indonesia, Hendra Hartono, memicu aktivitas pasar properti di daerah semakin bergairah. Para pengembang sudah memperhitungkan pertumbuhan penduduk, ekonomi daerah, dan daya beli.

"Kota-kota besar di luar Jakarta telah mengalami migrasi urban dari kota-kota kecil di sekitarnya. Dampak peristiwa ini adalah meningkatnya kebutuhan hunian yang lebih tertata dan rapi. Selain itu, faktor pengembangan otonomi daerah juga sangat berpengaruh. Banyak pebisnis yang berlomba masuk daerah. Mereka pun pasti membutuhkan hotel bisnis," papar Hendra kepada Kompas.com, Jumat (14/3/2014).

Dalam beberapa tahun terakhir, sirkulasi penerbangan juga mengikuti hukum bisnis ini. Beberapa maskapai besar, salah satunya Garuda Indonesia, sudah membuka rute penerbangan ke kota-kota Kabupaten seperti Malang, Banyuwangi dan kota-kota resor lainnya maca Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.  Demikian halnya dengan AirAsia, dan Silk Air yang sudah terbang ke kota-kota kedua dan ketiga seperti Solo, Pekanbaru, Palembang, Manado, dan Balikpapan.

"Hal itu membuktikan betapa pertumbuhan ekonomi di daerah, sangat menjanjikan. Tanpa harus lewat Jakarta lagi. Belum lagi Indonesia adalah negara kepulauan yang butuh banyak fasilitas logistik," kata Hendra.

Kalangan berpunya di daerah, lanjut Hendra, juga tidak perlu terbang lagi ke Jakarta hanya untuk berbelanja di mal. Pasalnya para pengembang tersebut juga akan membangun mal menengah dan menengah atas di kota-kota incarannya.

Nah, semestinya, arus modal masuk (capital inflow)ini diantisipasi pemerintah daerah dengan mempersiapkan berbagai fasilitas dan infrastruktur. "Pemerintah daerah harus mengajak swasta (pengembang) untuk berperan dalam pembangunan infrastrukturnya. Jangan sampai kondisi Jakarta dan kota-kota besar lainnya seperti Bandung, Medan, Surabaya, dan Denpasar yang terkendala infrastruktur, terulang di daerah lain," cetus Hendra.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau