Mereka juga mengesampingkan kemungkinan membangun menara yang lebih tinggi dari Burj Khalifa (828 meter). "Dubai downtown hanya satu. Kami tidak akan membangun gedung tinggi seperti itu lagi," ujar Chairman Emaar, Mohammed Alabbar.
Saat ini Emaar tengah fokus mengerjakan beberapa proyek skala mega bernilai triliunan Rupiah dengan skema patungan. Di antaranya Mohammad bin Rashid City, Dubai World Central, rumah bagi Expo 2020, dan Bandara Internasional Al Maktoum.
Mohammad bin Rashid City dilansir pada November 2012 lalu dan dikembangkan secara kolaboratif antara Emaar dan Meraas Holding. Proyek ini terdiri atas empat komponen utama, yakni wisata keluarga, ritel, seni, dan kewirausahaan. Selain itu, terdapat lebih dari 100 hotel dan mal terbesar di dunia, "Mall of The World".
Sementara Dubai World Central merupakan aerotropolis pertama yang mereka kembangkan. Tahap pertama sedang dibangun pusat kota lengkap dengan lapangan golf dalam area seluas 13,630 juta meter persegi. Tahap berikutnya akan berdiri vila khusus untuk komunitas pegolf, hotel, pusat belanja kelas atas, tempat rekreasi, dan pusat bisnis yang memromosikan kewirausahaan pemuda.
Enggannya Emaar membangun kembali pencakar langit, bukan karena pasar Dubai tidak mengakomodasi atau tidak layak. Menurut Alabbar, kota terbesar kedua ini bahkan bisa menampung pencakar langit lebih tinggi lagi ketimbang Burj Khalifa.
Pernyataan Alabbar diperkuat pakar struktur dari Skidmore, Owings and Merrill (SOM), William Baker, yang bekerja dengan Adrian Smith pada perancangan sistem Burj Khalifa. Menurutnya, desain inti yang menopang Burj Khalifa dapat digunakan untuk membangun struktur lebih tinggi.
Sekadar catatan, Dubai tidak hanya memiliki Burj Khalifa sebagai menara multifungsi tertinggi di dunia, kota ini juga mengoleksi rekor menara hunian tertinggi (Princess Tower), hotel tertinggi (JW Marriott Marquis ) dan gedung melintir tertinggi dengan putaran desain 90 derajat (Cayan Tower).