Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Investasi Properti Tahun Ini? Silakan Saja...

Kompas.com - 23/01/2014, 14:42 WIB
Tabita Diela

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Silakan berinvestasi di bidang properti tahun ini, meski bertepatan dengan pemilihan umum. Pemilihan umum dalam rangka memilih Presiden RI merupakan salah satu momen penting dalam sejarah bangsa dan negara. Momen tersebut pun sering kali disinyalir mampu memengaruhi pasar. Lantas, bagaimana prospek sektor properti pada tahun 2014 yang kebetulan didapuk sebagai tahun politik?

Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghada pada acara bincang-bincang di Jakarta, Kamis (23/11/2013), mengungkapkan bahwa jika menilik rekam jejak kondisi ekonomi Indonesia pada tahun sebelumnya, tahun ini pertumbuhan sektor properti memang melambat. Hanya, ini merupakan siklus yang normal dan tak perlu ditakutkan. Menurutnya, isu-isu lain, seperti kehadiran bubble (gelembung), tidak akan terjadi.

"Masuk 2014, pasar properti melambat. Pertumbuhannya 20 hingga 25 persen. Tetap naik, tapi melambat. Harga pun tidak akan jatuh. Kapan pun, mau ada pemilu, tidak ada masalah," ujar Ali.

KOMPAS.com/DEYTRI ROBBEKA ARITONANG Sikora alias Si Kotak Suara, maskot Pemilu 2014
Hal senada disampaikan oleh CEO Finance Consulting, Eko Endarto. Menurut Eko, berinvestasi di bidang properti sama dengan memiliki angsa emas. Sambil menguasai properti tersebut, Anda pun bisa mencari keuntungan darinya. Namun, Eko juga meminta Anda memerhatikan kondisi di sektor ekonomi Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya.

"Anda lihat historis. Ini yang terjadi," ujarnya.

Eko juga mengutarakan, IHSG selalu naik sesudah pemilu. Pengalaman dalam pemilu sebelumnya, yaitu pada 2004 dan 2009, IHSG naik, diikuti pula dengan kenaikan harga properti. Lagi pula, Eko menimbang bahwa masyarakat Indonesia sudah mulai matang secara politik.

"Harapannya, tidak perlu ada kejadian buruk yang membuat masyarakat enggan berinvestasi di sektor politik," kata Eko.

Praktisi pun sependapat dengan hal itu. Sales Manager Green Pramuka City Joko Sumariyanto misalnya, mengungkapkan, bahwa akan ada penurunan dari pertumbuhan. Walau demikian, pengembang tidak khawatir dengan kondisi sekarang.

"Tanah itu tidak bisa berkembang dan kebutuhannya terus meningkat, sementara suplainya sudah sangat susah. Penurunan rating penjualan dikarenakan dua hal, daya beli masyarakat melemah atau sebenarnya masyarakat punya uang tapi takut. Itu saja," kata Joko.

Untuk itu, lanjut dia, ia akan memberikan keyakinan pada end user bahwa semuanya baik-baik saja.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau