Di tahap pertama, Lippo baru memasarkan menara apartemen pertama dari tiga menara apartemen yang ada di St Moritz Makassar. Di atas lahan di atas lahan seluas 2,7 hektar, jumlah unit ditawarkan sebanyak 286 unit dengan harga mulai Rp 700 juta per unit. Adapun ukuran unitnya meliputi 35 m2, 70 m2, dan 105 m2.
Ivan Setiawan Budiono, Chief Executive Officer (CEO) Lippo Homes menjelaskan, profil pembeli apartemen St Moritz Makassar didominasi oleh warga Makassar sendiri sebanyak 70%. Sisanya adalah pebisnis dari Indonesia timur seperti Manado, Ambon, dan Papua.
Seperti diberitakan sebelumnya di Kompas.com, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pertumbuhan ekonomi Makassar mencapai rerata 8,5 persen per tahun, jauh di atas pertumbuhan ekonomi Nasional 5,9 persen. Hal ini mengindikasikan besarnya potensi investasi, terutama di sektor properti, baik hotel, perumahan, apartemen, maupun pusat belanja.
"Superblok ini mampu menjadi sarana baru investasi yang prospektif bagi para investor yang menginginkan nilai tambah di wilayah Panakukang, Makassar," ujar Ivan kepada KONTAN, Kamis (9/1/2014).
Melihat tingginya animo pembeli, Lippo berniat merilis menara apartemen kedua dan ketiga di St Moritz Makassar masing-masing pertengahan 2014 dan awal 2015. Ivan mengaku tidak khawatir pemilihan umum (pemilu) yang berlangsung tahun ini akan membawa dampak buruk terhadap penjualan.
"Pada saat pemilu justru banyak uang mengalir ke daerah," ujarnya.
Menurut prediksi Ivan, harga jual St Moritz Makassar bisa terangkat 15%-20% per tahun berkat masih minimnya pasokan apartemen yang terintegrasi dengan fasilitas komersial di kota itu.
Selain apartemen, St Moritz Makassar juga mencakup hotel sebanyak 210 kamar, mal seluas 227.000 meter persegi (m2), Siloam Hospital, Sekolah Pelita Harapan, bioskop sebanyak sepuluh layar, pusat kuliner dan hiburan, dan lain-lain. Keseluruhan proyek berdiri di atas lahan seluas 2,7 hektare (ha).
Lippo menjadwalkan pembangunan superblok dengan nilai investasi Rp 3,5 triliun itu dilakukan awal 2014 sampai dengan empat tahun mendatang. Semula, peletakan batu pertama ditargetkan di akhir 2013. Namun Ivan beralasan proses perizinan dan pematangan lahan belum rampung hingga kini. (Adisti Dini Indreswari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.