Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembangunan Kondominium di Daerah Dipicu Motif Investasi!

Kompas.com - 23/12/2013, 15:36 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Tidak seperti Jakarta, di mana kondominium (apartemen strata) sudah seharusnya dibangun karena tingginya kebutuhan pasar dan juga defisit lahan. Sebaliknya di daerah, pembangunan kondominium tak lebih sebagai instrumen investasi.

Menurut CEO Leads Property Indonesia, pertumbuhan kondominium di ibukota-ibukota provinsi dipicu oleh motif investasi para pembeli yang memburu capital gain maupun imbal hasil. Para pembeli ini berasal dari Jakarta, Surabaya dan juga dari kota bersangkutan dengan dana likuid lebih.

"Di daerah- daerah, kondominium bertumbuh karena dipicu oleh motif investasi. Pasalnya, pertumbuhan populasi daerah tidak sepesat Jakarta, demikian halnya dengan kondisi lalu lintas perkotaan yang tidak semacet dan sepadat Jakarta. Jadi, kondominium masih belum menjadi opsi utama di daerah," papar Hendra kepada Kompas.com, Sabtu (21/12/2013).

Terlebih, pasokan rumah di daerah juga masih banyak dan menjadi pilihan utama konsumen karena harga yang masih terjangkau.

Hal senada dikatakan Deputy Director Sales and Marketing Cowell Development, pengembang Borneo Paradiso, Ferry S Supandji. Menurutnya pasar properti daerah, masih akomodatif terhadap sektor perumahan. Sebut saja di Balikpapan, Kalimantan Timur.

"Penjualan perumahan di kota ini terus menunjukkan tren positif," ujar Ferry, Senin (18/11/2013).

Dari catatan Marketing Manager Borneo Paradiso, Arum Pusparani, pada 2011, penjualan mencapai Rp 180 miliar dengan rerata rumah terjual sebanyak 20 unit per bulan. Jumlah tersebut meningkat menjadi Rp 200 miliar pada 2012 dengan rerata rumah terjual 15 unit namun volume nilai penjualan lebih tinggi. 

"Untuk tahun ini, kami yakin target tingkat penjualan akan menyamai atau bahkan tumbuh 15-20 persen. Karena kami tidak sekadar melansir klaster baru Mahogany Townhouse serentang Rp 1,2 miliar-Rp 2 miliar per unit juga ruko seharga Rp 996 juta-Rp1,9 juta per unit," tutur Arum. 

Menariknya, proporsi pembeli dengan profil investor dalam struktur konsumen Borneo Paradiso, sebanyak 30 persen. Menurut Arum, rumah-rumah yang mereka beli, umumnya disewakan kembali kepada karyawan setingkat middle level manager untuk tipe 45-60 meter persegi dan kepada level eksekutif atau ekspatriat untuk rumah seluas 90 hingga 106 meter persegi.

Jika di pasar perdana, rumah tipe 45 pada 2009 masih dipatok seharga Rp 200 jutaan, maka kini mencapai Rp 581 juta per unit untuk klaster Rosewood Residence. Sementara di pasar sekunder, harga sewa mencapai Rp 13 juta untuk rumah mungil dan Rp 20 juta-Rp 25 juta per tahun untuk tipe besar.

Dijadikannya kondominium sebagai instrumen investasi juga terlihat di Borneo Bay Residence, properti terbaru yang dikembangkan Agung Podomoro Land. Pembeli bermotif investasi sebanyak 40 persen. Mereka, menurut Marketing Manager, Orri Arbani, membeli dengan cara tunai bertahap (cash installment). 

"Pembeli sebagian besar berasal dari kota-kota di luar Balikpapan, seperti Samarinda, Bontang, Tenggarong, Sangatta, Tarakan, bahkan dari Jakarta dan Surabaya. Sementara dari Balikpapan sendiri sebagian besar sudah memiliki rumah pertama. Jadi, apartemen adalah rumah kedua, ketiga bahkan instrumen investasi," papar Orri, Sabtu (16/11/2013).

Mereka, lanjut Orri, tergiur pertumbuhan harga yang didongkrak oleh pembangunan proyek yang menampakkan progres signifikan. Pembangunan konstruksi Borneo Bay Residence akan dimulai pada 7 Desember 2014 mendatang di atas lahan reklamasi, bersamaan dengan pembangunan pusat belanja.

"Sejak Juni 2013 hingga saat ini, harga apartemen mengalami kenaikan lima kali dengan persentase 12 persen. Harga perdana dimulai dari Rp 500 juta untuk tipe studio hingga Rp 2,2 miliar untuk dua kamar tidur seluas 97 meter persegi. Dari 1.100 unit yang dipasarkan, sudah terjual 70 persen," ungkap Orri.

Sedangkan di Makassar, menurut Sekretaris DPD REI Sulawesi Selatan, Muhammad Arief Mone, sudah ada dua proyek kondominium yang justru dikonversikan fungsinya menjadi hotel. Dibanding kondominium, pengembangan hotel lebih menjanjikan.

"Sektor perhotelan memang menjadi primadona, khususnya di Makassar dalam tiga tahun terakhir. Hingga akhir 2013 ini, akan terdapat 104 hotel yang beroperasi. Sebagian besar di antaranya milik investor yang bisnis intinya di luar sektor properti," imbuh Arief.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau