Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apa Jadinya jika Menara Pisa Tak Lagi Miring?

Kompas.com - 05/11/2013, 12:54 WIB
Hilda B Alexander

Penulis

Sumber Dailymail
KOMPAS.com — Publik dunia tahu bahwa yang menarik dari Menara Pisa bukan karena ketinggiannya yang jelas kalah menjulang ketimbang Burj Khalifa, Dubai. Menara Pisa menjadi ikonik dan ditengarai paling populer karena kemiringannya.

Karena menentang gravitasi itulah, cagar budaya ini dikunjungi oleh enam juta orang per tahun. Jelas ini merupakan berkat buat pengelola sekaligus penduduk sekitar yang merasakan dampak positif kehadiran Menara Pisa.

Dalam setahun pula, pengelola mampu menjual 3 juta tiket kepada wisatawan yang ingin mendaki puncak menara dengan ketinggian 8 lantai tersebut.

Jadi, ketika menara ini mengalami restorasi besar-besaran, rasa khawatir dan lega bercampur aduk. Banyak pihak memandang upaya penegakan menara ini sebagai hal positif dan menghindari bahaya runtuh jika dibiarkan miring. Namun, tak sedikit pula yang menyayangkan, bila menara ini tegak lurus, maka akan kehilangan magnitudnya, yakni kemiringan yang menarik banyak orang.

Lantas, apa yang terjadi jika keajaiban dunia ini tegak?

Wali Kota Pisa, Marco Filippeschi, menuturkan, orang-orang Pisa senang bahwa menara telah dipulihkan tetapi jangan sampai lurus karena akan kehilangan daya pikatnya.


Menara Pisa telah lama miring selama lebih dari 800 tahun. Restorasi besar-besaran senilai 25 juta poundsterling (Rp 451 miliar) yang dilakukan sejak 2001 lalu memang telah membuat Menara Pisa bergeser lurus 2,5 sentimeter.

Kemiringan menara ini semakin kentara hampir 5,5 meter pada awal 1990-an. Sebelumnya kemiringan nyaris mencapai 56 meter dan terus bergeser lebih dari satu milimeter per tahun dan menciptakan bahaya serta berpotensi roboh.

Pada tahun 1993, kemiringan berada pada tingkat 5,4 meter. Padahal pada tahun1817 hanya 3,8 meter, dan 1,4 meter pada tahun 1350.

www.dailymail.co.uk Upaya restorasi, menggali area di bawah satu struktur di bagian selatan, dan melampirkan tali baja di sisi utara.
Selama bertahun-tahun kemudian, para ahli dan teknisi bekerja untuk menstabilkannya, termasuk menggali terowongan di bawah satu sisi struktur untuk memberikan ruang pergeseran dan melampirkan baja ke menara untuk tetap tegak. Sistem ini bekerja dan menara bergeser seperti yang telah diperkirakan.

Para insinyur melaporkan bahwa mereka secara teoritis bisa meluruskan menara sepenuhnya, tapi tidak mungkin karena status menara miring yang ikonik. Meskipun kemiringan tersebut dinilai berbahaya.

www.dailymail.co.uk Stabilitas Menara Pisa mulai terlihat dengan pergeseran kemiringan 2,5 sentimeter.
Namun, sekarang, Menara Pisa telah kehilangan sebagian kemiringannya yang populer itu. Sebuah laporan tahunan tentang stabilitas monumen mengungkapkan bahwa menara itu spontan pulih 2,5 sentimeter sejak 2001 dan semakin lurus.

Meluruskan memang bukan sebuah keajaiban, tetapi efek jangka panjang dari proyek restorasi 11 tahun yang selesai pada tahun 2001 menjadi perhatian banyak orang.

Menara seberat 14.500 ton ini sempat ditutup selama satu dekade saat pengelola melakukan penguatan. Kabel baja pendukung ditempatkan dalam lingkaran di sekitar struktur.

Direktur Teknis Monumen, Giuseppe Bentivoglio, mengatakan, menara yang condong ke arah selatan mulai sedikit tegak.

"Menurut studi yang dilakukan para peneliti dari Universitas Stuttgart, menara akan terus meluruskan 'dirinya' sekian milimeter dan kemudian stabil sebelum mulai miring lagi, tetapi pada tingkat yang lebih lambat dari sebelumnya. Secara teori tegak sepenuhnya mungkin akan terjadi," ujar Bentivoglio.


Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau