Meskipun tingkat penghunian kamar (TPK) hotel berbintang 1-5 dan hotel kelas melati atau non bintang secara umum mengalami penurunan, namun pertumbuhan hotel baru terus berlanjut.
Data yang dilansir Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Yogyakarta, menunjukkan, tahun ini terdapat 60 proposal perijinan hotel baru berkualifikasi bintang 3,4 dan 5. Sebagian besar dari ketujuh hotel tersebut dikelola oleh jaringan operator domestik. Antara lain Metropolitan Golden Management (MGM), Sido Muncul Group dan Zurich Group. Sebagian lainnya dikelola oleh bendera asing yakni Accor Group, dan Swissbel Hotel Group. Sedangkan tahun 2014, sebanyak 10 hotel baru siap menyesaki kota.
Padahal, menurut Ketua PHRI Yogyakarta, Istadjab M Danunagoro, TPK hotel bintang 3-5 selama periode sembilan bulan, Januari-Oktober 2013 anjlok menjadi 78,4 persen. Sementara untuk hotel kelas melati atau non berbintang sebesar 63,1 persen.
"Penurunan terjadi karena kue yang diperebutkan makin kecil. Data tersebut saja berasal dari 4.200 kamar yang memenuhi kota. Rerata tarif kamar hotel berbintang mencapai Rp 476.000 per malam," ujar Istadjab kepada Kompas.com, Senin (4/11/2013).
Untungnya, lanjut Istidjab, geliat aktifitas bisnis MICE dan pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan terus mengalami pertumbuhan. Tahun 2012 saja, Yogyakarta dikunjungi wisatawan mancanegara sejumlah 1,2 juta orang dan turis domestik sebanyak 900.000 orang.
Pendatang baru
Tahun ini, pendatang baru yang meramaikan kompetisi industri perhotelan di Yogyakarta adalah Eastparc Hotel. Lokasinya berada di bilangan Seturan, tak jauh dari Bandara Internasional Adisucipto, atau sekitar 10 menit waktu tempuh.
Selain dekat dengan bandara, hotel bintang lima tersebut juga memiliki berbagai fasilitas yang dapat menunjang kegiatan MICE. Seperti sebuah grand ballrom, ruang pertemuan dan acara The Garden Room, ruang pertemuan dengan konsep auditorium dan ruang seminar, boardroom, serta ruang konferensi.
Director of Sales Leisure Hotel Eastparc Daniel Tony Wibowo mengonfirmasi bahwa hotel tersebut memang diperuntukkan bagi industri MICE. Di dalamnya terdapat ruang-ruang konferensi dengan kapasitas belasan hingga ribuan orang.
Untuk mendukung kegiatan MICE tersebut, denah kamar yang dirancang berkonsep twin room dengan dua tempat tidur atau biasa disebut tipe Deluxe. Porsi twin room lebih banyak ketimbang kamar biasa yakni 151 unit.
Selain itu, terdapat tipe kamar Premier, Junior Suite, Executive Suite, Presidential Suite, dan Eastparc Suite. Kamar Premier dengan satu tempat tidur berukuran besar berjumlah 32 kamar. Sementara Junior Suite hanya berjumlah empat kamar. Begitu juga dengan Executive Suite. Empat kamar Executive Suite masing-masing berukuran 80 meter persegi. Sedangkan President Suite berukuran 100 meter persegi, hanya berjumlah satu kamar.
Semua kamar ini berada di gedung kedua Eastparc Hotel setinggi enam lantai. Masih ada satu kamar eksklusif lain, yaitu Eastparc Suite berukuran 150 meter persegi. Dengan demikian, jumlah total kamar mencapai 193 unit.
"Strategi ini kami ambil untuk memudahkan pengadaan acara pertemuan atau konferensi di Eastparc," ujar Daniel kepada Kompas.com, Sabtu (2/11/2013).
Eastparc Hotel menempati area seluas 1,2 hektar. Konstruksi kompleks memang belum rampung sepenuhnya. Ada beberapa lantai dan fitur yang belum lengkap, seperti salon, kafe, dan kamar suite. Namun, fasilitas umum seperti restoran, kolam renang, dan beberapa kamar standar sudah mulai beroperasi.
Menurut Daniel, Eastparc merupakan satu-satunya hotel di Yogyakarta yang memiliki fasilitas auditorium. Namun, letaknya berada di gedung pertama, gedung yang sama dengan lobby, restoran, dan berbagai ruang konferensi.