Dengan naiknya harga barang-barang tersebut, maka terjadi juga kenaikan biaya untuk membeli barang-barang tersebut. Akibatnya, daya beli masyarakat menurun dan naiknya inflasi bahan bangunan yang mempengaruhi biaya produksi membangun rumah.
Tertekannya daya beli ini juga akan berakibat terhadap daya cicil konsumen untuk mengangsur ketika mereka telah membeli rumah dengan cara mencicil. Apalagi, tingkat suku bunga diperkirakan akan berangsur naik, menyusul naiknya BI Rate menjadi 6 persen.
Secara teori, akibat kenaikan itu pengembang juga akan menaikkan harga jual rumahnya. Namun, tentu saja, dalam praktiknya tidak sesederhana itu. Karena naiknya BBM tidak berdampak secara langsung terhadap kenaikan harga rumah.
Kenaikan harga rumah seharusnya telah menjadi pertimbangan pengembang ketika mereka merencanakan untuk mengembangkan sebuah proyek dengan segala risiko yang ada, termasuk naiknya BBM saat ini sebagai bagian perhitungan inflasi secara keseluruhan. Dengan demikian, rasa-rasanya pengembang tidak akan menaikan harga rumah dalam waktu dekat.
Pengembang harus waspada
Pertanyannya, mengapa pengembang tidak akan menaikan harga rumah dalam waktu dekat?
Saat ini, jika kita melihat pergerakan pasar properti 3 tahun terakhir yang sangat fantastis dengan kenaikan harga properti berlipat-lipat, harga tanah pun terdongrak signifikan. Harga pasaran tanah bergerak sporadis. Bahkan, di suatu wilayah yang sama tidak dapat diperkirakan harga rata-rata karena selisihnya bisa sangat besar dan beragam. Kenaikan ini telah memberikan keuntungan lebih dari kenaikan inflasi yang ada.
Memasuki 2013, pasar properti masih memperlihatkan kekuatannya sebagai aset investasi. Namun demikian, diperkirakan siklus properti ini akan mengalami perlambatan terkait perkiraan naiknya lagi suku bunga dalam waktu dekat, tingginya inflasi, yang berakibat menurunya daya beli.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.