Betapa tidak, bagi masyarakat berpenghasilan rendah (MBR) yang tidak memiliki resistensi perubahan harga, naiknya BBM melemahkan daya beli. Mereka harus berpikir ulang untuk kemudian menunda pembelian rumah karena harganya sudah berubah dan di luar angka yang telah diproyeksikan sebelumnya.
Hal ini jelas mempengaruhi tingkat penjualan pengembang rumah murah. Tak hanya membuat laju penjualan menjadi lambat, lebih jauh lagi mengoreksi target pendapatan penjualan (marketing sales).
Ketua DPD APERSI DKI Jakarta Ari Tri Priyono mengatakan melemahnya daya beli MBR yang berakibat pada perlambatan laju penjualan properti memaksa para pengembang menghitung ulang target penjualannya.
"Kami pasti akan mengoreksi target pendapatan menjadi lebih realistis dan sesuai dengan kondisi aktual. Apalagi sekarang akan memasuki semester kedua. Ini artinya kesempatan untuk menjual rumah tahun ini tinggal setengah tahun lagi," jelas Ari kepada Kompas.com, di Jakarta, Selasa (25/6/2013).
Selain mengoreksi target pendapatan, beberapa pengembang ada yang memilih opsi memangkas profit margin (selisih keuntungan) hingga beberapa persen lebih rendah. Riscon Realty memastikan memangkas selisih keuntungan menjadi hanya 11 sampai 12 persen dari sebelumnya 15 hingga 16 persen. Alasannya, ketimbang menaikkan harga jual dengan nilai yang tidak dapat diakomodasi pasar, lebih baik menunda raupan keuntungan lebih besar.
Bukan tanpa motivasi jika Gemilang Property memilih opsi ini. Mereka masih memiliki 500 unit RSH dalam kondisi siap jual. "Daripada tidak terserap, lebih baik memberikan kemudahan pembiayaan kepada konsumen berupa uang muka lebih rendah menjadi hanya 5 sampai 10 persen," ujar CEO Gemilang Property, Elang Gumilang, seraya menambahkan diferensiasi produk juga perlu dilakukan agar pasar tetap tertarik meskipun harga BBM naik.
Direktur Operasional Wika Realty, Widyo Praseno juga mengonfirmasi bahwa pihaknya tidak akan merevisi target pendapatan. Selama suku bunga KPR tidak melonjak, tingkat inflasi masih dapat dikendalikan dan kebutuhan rumah belum terpenuhi, maka sektor properti masih aman.
"Namun begitu, kami akui bahwa daya beli kalangan tertentu pasti melemah. Ini sudah kami antisipasi sejak jauh hari. Kami bermain di "profit margin". Tidak terlalu besar, tetapi masih bisa untung. Namanya juga bisnis," ujar Widyo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.