Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jakarta Sebagai Kawasan Terintegrasi? Ah, Masih Mimpi....

Kompas.com - 20/06/2013, 12:06 WIB
Tabita Diela

Penulis

KOMPAS.com - Pada dialog yang diselenggarapan Komunitas Peta Hijau, Sabtu (15/6/2013) lalu, para pengamat perkotaan menyampaikan ide membuat Jakarta sebagai kota yang ramah terhadap pengguna sarana transportasi massal. Dalam dialog tersebut disimpulkan, seyogianya titik-titik drop off transportasi massal terintegrasi dengan lajur pejalan kaki, pusat perbelanjaan, serta hunian pengguna transportasi umum tersebut.

Menurut para pengamat, cara tersebut dapat meningkatkan kenyamanan dan rasa aman pengguna transportasi umum dan "membujuk" pengguna transportasi pribadi untuk mulai meninggalkan kendaraannya. Sayangnya, ide itu tidak akan terwujud dalam waktu dekat.

Di sela acara Kolokium Jalan dan Jembatan 2013 di Bandung, Rabu (19/6/2013), Kepala Pusat Litbang Jalan dan Jembatan Herry Vaza mengatakan, mewujudkan ide sarana transportasi terintegrasi masih jauh dari harapan, meskipun cikal bakalnya sudah mulai disiapkan. Dengan kata lain, gerakan menuju kawasan terintegrasi belum ada.

Menurut Herry, saat ini Balitbang Puslitbang Jalan dan Jembatan Kementerian Pekerjaan Umum lebih berkonsentrasi pada usaha optimalisasi jalan yang sudah ada sebelumnya. Selain itu, pihaknya juga berkonsentrasi pada usaha mitigasi bencana, serta perawatan jalan dan jembatan.

Saat ini, meski belum sampai pada tahap pembuatan cetak biru sarana dan prasarana transportasi massal terintegrasi, namun makalah-makalah yang disajikan dalam kolokium hari itu sudah menunjukkan adanya perhatian besar pada masyarakat pengguna jalan. Beberapa peneliti telah mengevaluasi pembangunan dan perawatan jalan, usaha pengkoreksian kesalahan konstruksi jalan, evaluasi jalur pejalan kaki, serta ada pula pemaparan desain jalur sepeda. Tidak hanya itu, berbagai teknologi pembuatan jalan yang lebih ramah lingkungan juga tengah dikembangkan dalam puslitbang.

Herry menjelaskan, penelitian yang dilakukan oleh peneliti dalam Puslitbang meliputi penelitian strategis, inovasi, dan tematik.

"Kalau strategis itu diturunkan dari road map, jadi kita yang mengkaji, lalu kita turunkan jadi road map. Kalau inovasi, itu kita turunkan dari permintaan stakeholder atau isu hangat saat ini. Kalau tematik, mungkin keinginan dari peneliti. Dari sana juga bisa berpindah jadi strategis atau inovatif," ujar Herry.

Dalam rangka mempertajam kegiatan tersebut, lanjut Herry, sebelum dituntaskan dan dijadikan produknya, hasil penelitian tersebut menjadi informasi tambahan dari para stakeholder. Informasi itulah yang disebut kolokium.

"Kolokium itu seperti seminar untuk mempertajam penelitian yang akan kita hasilkan pada akhirnya tahun anggaran ini atau tahun anggaran mendatang. Saat ini ada 13 kelompok penelitian. Tapi, mungkin paling utama itu bagaimana kita bisa membuat, mengoptimalkan jalan yang sudah ada tanpa harus memperpanjang jalan," lanjutnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau