Minimnya RTH ini mengundang keprihatinan. Padahal RTH yang salah satu wujudnya berupa taman, tak hanya mempercantik tampilan visual kota. Melainkan juga dapat mengurangi salah satu "penyakit kota" yakni kriminalitas.
Menurut Pengamat Perkotaan Yayat Supriatna, dalam dialog Komunitas Peta Hijau Jakarta, menambah satu taman sama artinya mencegah satu tindakan kriminalitas. Selain itu, juga mengurangi menjamurnya permukiman kumuh.
Salah satu bukti nyata adalah Taman Cattleya di Jakarta Barat. Sejak taman tersebut didirikan oleh Pemprov DKI Jakarta, jumlah penjambretan dan kejahatan lain di sekitar lokasi taman jauh berkurang. Perhatian khusus terhadap tata kota dan pembangunan taman yang dapat menurunkan tingkat kriminal jauh lebih penting ketimbang menyiapkan kartu Jakarta sehat.
"Paradigma kota sehat bukan memberikan jaminan semacam ini. Ada aspek psikosomatis. Komparasi kualitas kehidupan ini yang dirindukan. Seharusnya program Jakarta Sehat juga dengan menambah kualitas kehidupan sehat," ujar Yayat kepada Kompas.com, di Jakarta, Sabtu (15/6/2013).
"Jakarta defisit RTH. Target 30 persen RTH dari seluruh wilayah Jakarta belum tercapai. Ironisnya, di seberang Taman Cattleya ini, ada Mal Taman Anggrek. Mal tersebut berdiri di atas ruang yang seharusnya menjadi RTH. Di satu pihak, kota ini berhasil menambah ruang terbuka, di sisi lain pemerintah justru menguranginya. Ini salah satu contoh kontradiksi," ujar Nirwono.
Kemudian, green transportation, green water dengan sistem drainase zero run off, green waste, green energy, serta green community.
Saat ini Kota Jakarta hanya memiliki 15 taman kota yang layak dikunjungi. Antara lain Taman Monas, Lapangan Banteng, Taman Suropati, Situ Lembang, Taman Menteng, Taman Semanggi, Taman Ayodya, Taman Langsat, Taman Leuser, Taman Puring, Taman Tumbuh Kembang, Taman KSI, dan Kepon Pisang. Padahal, ada 906 taman dalam berbagai ukuran di Jakarta. RTH tersebut sebenarnya berpotensi untuk mewujudkan Jakarta yang lebih baik dan lebih sehat.