JAKARTA, KOMPAS.com — Pembangunan berkelanjutan yang mengindahkan kaidah-kaidah ekologis, ekonomis, sosiologis, dan humanis harus segera diterapkan di kota-kota yang memiliki kompleksitas tinggi seperti Jakarta. Arsitek diharapkan mengambil peran kunci dan sangat vital dalam implementasi pembangunan berkelanjutan tersebut.
Ketua Umum Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Munichy B Edrees mengatakan, arsitek memiliki hubungan yang sangat erat dengan Bumi. Oleh karena itu, karya arsitektur yang diproduksi pun harus berkelanjutan karena ia dilahirkan oleh dan dari Bumi. Seorang arsitek juga harus mampu membuat Bumi layak ditempati, ramah untuk manusia dan tempat harmonis untuk semua.
"Arsitek adalah wakil Tuhan untuk membuat Bumi lebih baik. Arsitek tugasnya memperbaiki sesuatu yang rusak, bukan merusak sesuatu yang sudah baik," ujar Munichy di sela-sela Seminar Nasional Sustainable Architecture dan RUU Arsitek di Jakarta, Rabu (22/5/2013).
Arsitektur berkelanjutan, tambah Munichy, adalah arsitektur berbasis design with nature, yang menjadikan alam sebagai daya dukung kreativitas arsitek, bukan sebagai penghalang. Arsitektur menjadikan alam sebagai basis kreativitas dalam menghasilkan karya arsitektur yang juga terkait erat dengan tantangan aktual yang dihadapinya.
Menurut Dirjen Penataan Ruang Kementerian PU Mochamad Basoeki Hadimoeljono, ada dua tantangan utama dihadapi arsitek saat ini, yakni perubahan iklim dan migrasi urban.
"Karya arsitektur tidak semata ditekankan pada estetika, tetapi juga mengakomodasi kearifan lokal, efisiensi energi, berkelanjutan, dan berkontribusi terhadap perbaikan Bumi secara komprehensif," kata Basoeki.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.