Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pilih Banjir, Tunggu Jokowi, atau Bikin Sumur Resapan?

Kompas.com - 18/01/2013, 14:57 WIB

KOMPAS.com - Salah satu cara paling sederhana mencegah banjir di ibukota saat ini adalah membuat sumur resapan. Secara teoritis, sumur resapan tidak hanya mengurangi risiko banjir, namun juga menjaga cadangan air.

Sampai hari ini, banjir sudah merendam Jakarta selama tiga hari sejak Rabu (16/1/2013) lalu. Meskipun di beberapa titik ibukota kondisi banjir mulai surut, proses evakuasi masih berjalan.

Melalui pernyataannya pada Rabu (16/1/2013) lalu, Gubernur DKI Joko "Jokowi" Widodo mengatakan, pihaknya sudah mempersiapkan anggaran sebesar Rp 250 miliar khusus untuk memasang sumur resapan sebanyak 10 ribu buah. Namun, proses pemenuhan target tersebut terhambat penetapan APBD 2013.

Sebenarnya, sumur resapan dengan skala lebih kecil dapat dibangun sendiri oleh warga di tiap-tiap pekarangan rumahnya. Masuknya air hujan melalui peresapan ini akan menjaga cadangan air tanah. Dengan begitu, hujan tidak hanya "terbuang percuma" dan membuat genangan, namun memberikan keuntungan bagi kehidupan warga.

Namun demikian, pembuatan sumur resapan memiliki standar tertentu, tidak bisa sembarangan. Hal tersebut terdaftar dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-2459-2002 yang merupakan revisi dari standar sebelumnya, SNI 06-2459-1991. Berdasarkan standar ini, syarat sumur resapan air hujan adalah memiliki penampang sumur resapan air hujan berbentuk segi empat atau lingkaran.

Ukuran minimum sisi penampang atau diameter 80 cm dan maksimum 120 cm. Adapun ukuran pipa masuk diameter 110 mm dan ukuran pipa pelimpah diameter 110 mm.

Syarat lain pembuatan sumur tersebut berada pada lahan yang datar, tidak pada tanah berlereng, curam, atau labil. Letak sumur resapan juga harus jauh dari tempat penimbunan sampah, jauh dari septic tank (minimum lima meter diukur dari tepi), dan berjarak setidaknya satu meter dari pondasi bangunan.

Mengenai kedalamannya, penggalian sumur resapan bisa sampai tanah berpasir atau dua meter di bawah permukaan air tanah. Sementara kedalaman muka air tanah minimum 1,50 meter pada musim hujan.

Syarat lainnya, struktur tanah harus punya kemampuan menyerap air (permeabilitas tanah) lebih besar atau sama dengan 2,0 cm per jam. Dengan kata lain, genangan air setinggi 2 cm akan terserap habis hanya dalam waktu satu jam.

Untuk membuatnya, Anda dapat meminta bantuan tukang atau pembuat sumur gali berpengalaman. Namun, pastikan Anda ikut memperhatikan persyaratan teknis dan spesifikasi pembuatan sumur seperti berikut ini:

Penutup sumur

Untuk penutup sumur, Anda memiliki tiga pilihan. Pilihan pertama, gunakan pelat beton bertulang dengan tebal 10 cm untuk membuat penutup sumur. Komposisi penutup tersebut: pelat beton 10 cm dicampur dengan satu bagian semen, dua bagian pasir, dan tiga bagian kerikil.

Pilihan kedua, Anda dapat menggunakan pelat beton tidak bertulang dengan tebal 10 cm dengan komposisi yang sama. Namun, penutup ini berbentuk cubung dan tidak diberi beban di atasnya. Terakhir, Anda dapat gunakan ferocement setebal 10 cm.

Dinding sumur

Anda dapat menggunakan beton untuk dinding sumur. Untuk dinding bagian atasnya, Anda bisa memakai batu bata merah, batako, atau campuran dari satu bagian semen, empat bagian pasir, plester dan aci semen.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau