Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SMP Terbuka Jadi Solusi

Kompas.com - 16/07/2012, 03:26 WIB

Ester Lince Napitupulu

Wajib belajar sembilan tahun hingga menamatkan pendidikan jenjang SMP belum dinikmati banyak anak usia 13-15 tahun di negeri ini. Kendala ekonomi termasuk faktor terbesar yang menghambat anak-anak itu melanjutkan ke SMP.

Padahal, banyak anak keluarga miskin berhasrat mencapai pendidikan setinggi mungkin agar dapat memperbaiki hidup.

Suburiah (18) selama tiga tahun selulus SD di Kecamatan Wonomulyo, Polewali Mandar, Sulawesi Barat, terpaksa menunda hasratnya untuk menjadi siswa SMP. Ayahnya yang nelayan dan ibunya yang petenun sarung tak mampu menyediakan biaya yang dibutuhkan untuk membeli seragam, buku, serta transportasi ke sekolah. ”Jadi, saya bantu ibu untuk menenun,” ujar Suburiah, anak kedua dari enam bersaudara ini.

Nasib serupa dialami Muhammad Ridho (16) dari Kecamatan Rembang, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Lulus SD, Ridho yang hanya dibesarkan ibunya tidak bisa melanjutkan ke SMP karena tidak ada biaya.

Ridho yang menempati peringkat keempat ketika SD terpaksa membantu ibunya untuk bertahan hidup. Dia menggarap sawah orang hingga membuat bola sepak.

Anak-anak tenaga kerja Indonesia (TKI) di Malaysia pun setali tiga uang. Anak-anak TKI usia sekolah tidak bisa menikmati pendidikan. Pemerintah Malaysia tidak memperbolehkan orang asing bersekolah di sekolah milik pemerintah itu. Bersekolah di swasta tidak terjangkau karena kendala biaya.

Sampai akhir tahun 2011 tercatat 43.000 anak-anak TKI belum mendapatkan layanan pendidikan. Mereka berada di perkebunan sawit atau pabrik yang jauh dari sekolah.

Kisah anak-anak miskin yang putus sekolah terungkap dalam Lomba Motivasi Belajar Siswa Mandiri (Lomojari) Bidang Keterampilan Peserta Didik SMP Terbuka Tingkat Nasional di Jakarta, pekan lalu. Padahal, seharusnya negara memenuhi hak mereka untuk bisa menuntaskan pendidikan. Untuk itu, pemerintah membuat SMP terbuka untuk menampung mereka.

Lebih fleksibel

Kurikulum SMP terbuka sama dengan SMP reguler, tetapi pembelajarannya lebih fleksibel.

Direktur Pembinaan SMP Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Didik Suhardi mengatakan, SMP terbuka merupakan alternatif layanan pendidikan dasar yang sesuai dengan kondisi dan karakteristik anak-anak itu. Pembelajaran tidak tiap hari, umumnya siang hingga sore, supaya anak-anak tetap bisa membantu orangtua.

Dengan adanya SMP terbuka yang serba gratis—bukan hanya biaya sekolah, melainkan juga kebutuhan pribadi siswa, seperti buku tulis, seragam, dan uang transportasi—banyak anak miskin mulai terjangkau. Suburiah, Ridho, dan anak-anak TKI di Malaysia bisa tertampung.

Pemerintah menugaskan guru-guru di SMP reguler untuk mendata dan mencari anak usia SMP yang putus sekolah itu. ”Pendidikan di SMP terbuka ditekankan pada penguasaan keterampilan,” kata Didik.

Jumlah SMP terbuka saat ini sebanyak 2.111 sekolah dengan 7.413 tempat kegiatan belajar (TKB). Sekolah ini melayani 248.432 siswa dengan guru bina 26.248 orang dan guru pamong 15.221 orang.

Ada cabang di luar negeri berupa 13 pusat pembelajaran yang melayani anak-anak TKI di perkebunan kelapa sawit di Sabah, Malaysia. Program yang dimulai akhir tahun 2011 ini belum mampu menjangkau semua anak TKI di Malaysia.

Di SMP terbuka, siswa belajar mata pelajaran di SMP induk. Guru SMP induk menjadi guru bina. Selanjutnya, kegiatan di TKB dibimbing guru pamong, biasanya guru SD atau anggota masyarakat.

Pembelajaran keterampilan menantang guru-guru untuk berinovasi, terutama memanfaatkan potensi lokal. Keterampilan yang diajarkan meliputi tata busana, kriya tekstil (batik, tenun tradisional), tata boga, kriya kayu dan anyaman, serta kerajinan. Kegiatan Lomojari yang memasuki tahun ke-10 merupakan ajang untuk memacu inovasi kalangan SMP terbuka.

Samsul Hadi, Kepala SMP Terbuka Rembang, Kabupaten Pasuruan, mengatakan, pengembangan keterampilan untuk siswa melihat peluang dan potensi di masyarakat. Sekolah yang baru satu tahun berdiri ini mengembangkan keterampilan sablon yang bisa diimplementasikan pada pembuatan bola sepak, kaus olahraga, dan sepatu sepak bola.

”Peluang pemasaran bagus karena harga terjangkau. Para siswa mulai menerima order pribadi. Kami berharap mereka bisa mandiri,” kata Samsul.

Tak melanjutkan

Kecenderungan tamatan SMP terbuka untuk melanjutkan ke SMA/SMK baru 7 persen. Mereka terkendala biaya. Siswa SMP terbuka juga disiapkan agar mampu melanjutkan ke jenjang lebih tinggi. Mereka wajib ikut ujian nasional dan pelajaran teoretis diperbanyak.

Pendidikan keterampilan diperlukan bagi peserta didik SMP terbuka agar dapat mandiri jika tidak dapat melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Program keterampilan ditetapkan sendiri oleh sekolah.

Sri Wati, guru di Sekolah Indonesia Kota Kinabalu, mengatakan, seharusnya pemerintah menyiapkan SMK terbuka. Hal ini untuk kesinambungan pendidikan siswa SMP terbuka.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com