KOMPAS.com - Gaya retro memang fleksibel menyesuaikan diri serta mudah dipadupadan dengan beragam aksesoris. Apa saja gaya-gaya retro yang pernah populer?
Arsitek dan desainer interior Keiza Amorani dalam bukunya "Ide-Ide Segar Menata Rumah" terbitan Gramedia Pustaka Utama merangkumkan gaya retro yang populer sejak tahun 1930-an sampai 1970-an.
Retro: Art Deco
Seni dekoratif yang kaya detail dan ornamen ini adalah gerakan modernisasi estetis yang dipelopori oleh Le Corbusier. Arsitek asal Perancis ini piawai memadukan gaya dekoratif ala Perancis yang kala itu sedang naik daun dengan teknologi keluaran Jerman. Maka, tercetuslah gerakan baru bernama Art Deco.
Gerakan ini mulai populer pada 1930 dan berlanjut hingga tahun 1940. Setelah itu, Art Deco mulai hilang tertelan gerakan-gerakan baru dalam dunia seni, lalu kembali pada 1970-an dalam bentuk lebih simpel, seperti furnitur berbentuk formal-lingkaran, kotak dan segitiga dengan garis yang tegas, simpel tanpa lekuk rumit, berkaki pendek dan membesar ke arah horisontal.
Umumnya, bahan yang digunakan adalah bahan kayu solid dengan aksentuasi besi, kuningan, atau logam. Warna dinding hijau mint, krem, kuning gading, beige, dan abu-abu muda.
Retro: Fifties
Pertumbuhan ekonomi di benua Eropa pada awal tahun 1950 membawa perubahan dalam dunia. Teknologi berkembang pesat menyebabkan seni tak lagi dikerjakan secara manual, namun mulai dibantu dengan piranti mesin.
Era modernisasi kedua pada abad ke 20 ini menyebabkan munculnya perubahan bentuk, warna, dan garis desain. Material yang digunakan untuk furnitur juga lebih modern.
Masa ini dikenal sebagai permulaan era kontemporer dalam dunia desain. Semangat kebebasan, liberasi, dan permainan bentuk menjadi ciri khas dalam desain tahun 1950-an ini. Aplikasi gaya ini seperti furnitur berbahan fiber, formika, vinil, busa karet, melamin, atau plastik. Warna fuchsia, merah, kuning, jingga, menjadi warna aksentuasi primer, baik untuk dinding, furnitur maupun upholstery.