"Ini adalah strategi pemasaran yang mampu mendongkrak nilai jual aset," ujar Ali Tranghanda, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch.
Pola alternatif investasi semacam itu muncul seiring kesadaran, bahwa tanah memiliki nilai aset yang terus meningkat. Selama ini, pemilik kebun yang menjual asetnya kerap tidak menyadari, bahwa ada nilai tanah yang berpotensi naik.
Tentu saja, bisnis kapling kebun dan properti itu harus ditunjang dengan lahan luas. Adapun bisnis utama tetap bertumpu pada komoditas hasil kebun. Namun, dengan menambahkan aset properti pada lahan, muncul posisi tawar akan nilai tambah aset tanah dan properti.
Usaha kapling kebun dan properti ini masih bisa tumbuh pada daerah di luar Jakarta dan wilayah dengan harga tanah yang masih murah. Investasi kebun plus properti, di antaranya, juga tumbuh di Bogor, yakni kapling kebun jati dan vila.
Tak jarang, terjadi skema penjualan lahan yang ditawarkan adalah pembeli kapling yang mengelola kebun dan hasilnya dipasok kepada penjual kapling dengan sistem bagi hasil.
Menurut Ali, bisnis kapling kebun dan properti diprediksi meningkat, tetapi di wilayah dengan harga tanah murah dan akses transportasi dekat. Pemilik akan menikmati kenaikan harga tanah yang tinggi karena lahan itu menghasilkan nilai tambah yang optimal.
Namun, untuk memulai bisnis alternatif ini, investor perlu jeli memilih komoditas yang akan menjadi bisnis inti. Selain itu, penentuan lokasi perlu ditunjang infastruktur pendukung dan akses jalan agar lebih mudah dijangkau.
Adapun lahan yang dipilih juga harus memiliki luas yang memadai. Pemilihan lahan yang sempit tidak akan mampu memberi hash kebun yang signifikan dan nilai tambah optimal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.