"Jika kayu mebel bekas impor itu bagus, saya berani beli hingga Rp 5 juta per unit," tegasnya.
Namun, begitu pasokan mebel bekas mancanegara itu tidak rutin. Indrawan harus bersabar menunggu mebel bekas itu datang ke Indonesia.
"Pasokan datang sebulan sekali itu sudah bagus," ujar Indrawan.
Ia mengaku, berani membeli tinggi mebel bekas dari luar negeri itu karena pasarnya menarik. Mebel daur ulang dari mebel bekas impor juga banyak dicari oleh kolektor benda antik.
"Tapi, memang jumlah pembelinya terbatas," terang Indra.
Karena pasokan mebel bekas dari luar negeri terbatas, Indrawan juga terbatas menjualnya. Dari seluruh penjualannya, mebel daur ulang dari mebel bekas impor itu hanya menyumbang 30% . Penjualan terbanyaknya datang justeru dari mebel daur ulang dari mebel bekas lokal.
Selain itu, penjualan Indrawan datang dari penjualan mebel yang terbuat dari kayu bekas industri. Tak hanya itu, ia juga mengantongi penjualan dari mebel dari kayu baru.
Untuk menjual mebel kayu baru, lanjut Indrawan, ia lebih banyak ikut tren pasar mebel. Sedangkan bahan kayu yang digunakan berasal dari kayu jati dari Jawa Tengah.
"Mebel baru lebih banyak berdesain minimalis yang tidak memerlukan banyak ruang," terang Indrawan. (Ragil Nugroho)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.