Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunung Sibayak Pemberi Kehidupan

Kompas.com - 15/10/2011, 08:40 WIB

Air panas Lau Debuk-Debuk di ketinggian 1.500 mdpl itu merupakan salah satu titik keramat di kawasan Sibayak. Mata air panas muncul melalui retakan aliran lava di daerah selatan Sibayak. Selain di kolam Lau Debuk-Debuk, air panas itu ditampung dan dikelola warga sebagai tempat pemandian air panas.

Selain Lau Debuk-Debuk, Sabar mengatakan, ada beberapa lokasi di Sibayak yang dianggapnya sakral, seperti batu marlunglung dan batu takal (kepala) kuda di Puncak Sibayak.

Sri Alem Sembiring bersama sejumlah mahasiswa pernah mengidentifikasi titik-titik yang dikeramatkan di Sibayak. ”Titik-titik itu berupa sumber air panas, tebing, dan batu yang juga merupakan titik rawan bagi keselamatan orang kampung,” ujarnya.

Titik-titik itu menjadi tempat khusus yang dirawat, dijaga, dan tidak boleh diganggu oleh warga yang masih meyakininya. Jika tempat itu terganggu, mereka meyakini akan terjadi sesuatu yang buruk terhadap kampung mereka. Selain itu, titik-titik ritual ini menjadi sumber penting pengetahuan lokal.

Keberadaan air panas sebetulnya menjadi pertanda aktifnya Gunung Sibayak (2.094 mdpl). Sibayak termasuk gunung api tipe B lantaran tidak terdapat kegiatan magmatik sejak tahun 1600. Tanda aktifnya gunung itu lebih jelas lagi dengan adanya hamparan ladang solfatara berupa ”noda” kekuningan belerang dengan uap panas yang menyembur dari dalam bumi.

Titik spiritual lain ada di takal kuda, seperti disebutkan oleh Sabar. Konon, lantaran bentuknya mirip dengan kepala kuda jika dari jauh, batuan ini disebut takal kuda.

Selain bebatuannya yang disakralkan, proses pendakian ke Sibayak juga memiliki makna sendiri. Sebagian masyarakat Karo masih percaya, siapa yang ingin kaya, sebaiknya mendaki Sibayak. Dalam bahasa Karo, sibayak bisa diartikan ”orang kaya”.

Legenda yang menyelimuti gunung ini memang terkait hasrat manusia akan pengejaran materi walaupun tak jarang kemudian berbuah petaka yang disesali selamanya. Kisahnya tentang Kandibata, tabib sakti yang mengabaikan putrinya yang sakit demi mengejar bayaran dari menyembuhkan warga di negeri lain.

Dari Puncak Sibayak pagi itu, ”Tanah Karo Simalem” terlihat menghampar luas, hijau, dan menyimpan kekayaan. (INE/AMR/MHF/AIK)

  Lihat Puncak Gunung Sibayak di peta yang lebih besar

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Baca tentang


    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
    atau