Sadar akan kemampuan keuangan keluarga, Herman kuliah sembari bekerja serabutan. Ia pernah menjadi penjual foto dan pembuat lencana. Semua ia lakukan agar bisa terus kuliah. Herman juga mengisi hari-hari di sela kuliahnya dengan bekerja di toko ayahnya dan bekerja sambilan lain.
"Setelah lulus, saya ingin mencari bekerja di perusahaan kimia multinasional," kata kakek lima cucu ini mengenang.
Jadi karyawan dan bos
Obsesinya kesampaian. Pada 1972, Herman bekerja di Imperial Chemical Industries (ICI), sebuah perusahaan asal Inggris. Selama tiga tahun menjadi tenaga penjual, ia pindah ke perusahaan kimia asal Jepang untuk menggali lebih banyak ilmu.
Tetapi, tidak sampai enam bulan, Herman memutuskan pindah lantaran merasa sudah memiliki cukup modal pengalaman dan relasi. Ia ingin berwiraswasta. Kebetulan, relasinya saat bekerja di ICI mengajaknya mendirikan perusahaan jual beli kimia dengan nama Linsi.
Sayang, perusahaan hasil kongsi empat orang itu hanya bertahan empat tahun. Sebagai direktur operasional, ia merasa tujuan dan perspektif bisnis para pendirinya tidak sama lagi.
"Saya ingin tidak sekadar trading barang," katanya.
Maka, pada 1980, dengan modal Rp 50 juta, Herman menggandeng tiga rekan baru membangun United Chemicals yang khusus menggarap bisnis jual beli bahan kimia dasar. Ia menjadi pemilik sekaligus tenaga pemasar.
"Karyawan saya cuma delapan orang, termasuk saya," katanya.
Ia sering membawa kendaraan perusahaan untuk menawarkan produk. Tahun 1983 menjadi tahun penting bagi Herman. Dengan modal uang sendiri, ia mendirikan PT Inter Aneka Kimia Lestari.