Lantaran margin menjadi arsitek terbilang tipis, Iwan menerima pinangan Paul dan mengubah bisnisnya menjadi perusahaan properti. Setelah mengerjakan beberapa proyek, pada 1996 ia membuat perusahaan induk bernama Crown International Holding Group.
"Dengan menjadi grup besar, kami bisa mengerjakan proyek besar dan menunjukkan brand kami," katanya.
Meski begitu, ada cobaan paling berat saat krisis properti pada 2004.
"Pasar berpindah ke kota lain yang banyak pertambangan," kata Iwan.
Harga properti jatuh dan banyak proyek yang tidak laku. Banyak perusahaan properti bangkrut lantaran sepi pembeli. Beberapa proyek baru melambat karena kesulitan pembiayaan.
Namun, justeru dari krisis itu Iwan melihat peluang. Ia lantas menata strategi perusahaan dengan memberdayakan agen properti handal yang hampir kehilangan pekerjaan saat krisis. Ia juga membeli tanah murah tanpa utang.
"Gabungan motivasi, strategi serta branding yang kuat membuat kami bertahan dan maju," katanya.
Pada 2007, bisnis Crown semakin membesar.
"Tahun 2011-2012 kami menargetkan pendapatan bisa mencapai Rp 4 triliun-Rp 4,4 triliun," katanya. (Dian Pitaloka Saraswati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.