Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antara Kolam, Pramono, dan Lukisan

Kompas.com - 15/05/2011, 04:16 WIB

”Biasanya, sih, tamu-tamu keluarga saja,” tambah Endang.

Kami berbincang di sebuah ruangan, yang kira-kira berukuran 15 x 10 meter di sisi barat kolam menjelang petang, awal pekan ini. Di ujung ruangan, di tempat yang agak terlindung terdapat ruangan kebugaran pribadi keluarga ini. Tiga kali dalam seminggu Pramono Anung berolahraga dengan didampingi seorang instruktur. Dan sekali seminggu ia bersepeda seorang diri sampai menjajal wilayah Tangerang. Pramono mengoleksi lebih dari tujuh sepeda dalam berbagai spesifikasi. ”Saya termasuk maniak olahraga,” tuturnya.

Pramono menerjemahkan rumah sebagaimana ia mengingat ibu. Ke mana pun ia pergi, selalu tidak lupa menelepon ibunya. ”Saya selalu mendapat doa…” katanya. Rumah pun tak jauh beda. Sesibuk apa pun, Pramono selalu mewajibkan dirinya untuk pulang. Bahkan, fasilitas yang diberi negara berupa kamar hotel, jika ia sedang mengikuti rapat-rapat di Jakarta, tidak pernah sekali pun ia pakai. ”Saya orang yang homesick,” katanya.

Ketika kembali ke rumah, ia merasa seperti kembali ke pelukan ibu. Ada kedamaian dan kenyamanan yang tidak ia dapatkan di luar. Itulah antara lain sebabnya ia membangun rumahnya senyaman mungkin agar pancaran di dalamnya menumbuhkan kedamaian bagi para penghuninya.

Praktis, sehari-hari Pramono hanya hidup bertiga bersama istri dan Hanifa Fadhila Pramana, anak perempuan yang masih duduk di bangku SMP. Sementara anak lelakinya, Hanindhito Himawan Pramana, memilih kuliah di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta. Oleh sebab itu, beberapa kamar di rumah itu dibiarkan kosong. Hanya lukisan-lukisan di dindingnya yang tetap meruapkan aura kenyamanan.

”Semua terasa berbeda kalau ada lukisan,” kata Pramono. Diam-diam, lukisan juga sering kali memberi inspirasi dalam kiprahnya sebagai politisi kawakan. Setidaknya, citraan-citraan yang dipancarkan oleh kebudayaan membuatnya selalu mendalam saat melihat persoalan.

Di situ lukisan memiliki nilai kesejajaran dengan mata air. Daripadanya kedalaman intelektual dan kesuburan itu dialirkan….

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com