KOMPAS.com – Grand Zuri belum dikenal banyak khalayak. Namun jaringan hotel milik pengusaha Indonesia Nicodemus Kasan Kurniawan ini sudah mulai unjuk gigi. Dalam 10 tahun ke depan, Grand Zuri yang dibangun kali pertama di Riau ini, direncanakan beroperasi di semua ibukota provinsi di Indonesia. Nico, yang menjabat Presiden Direktur Grand Zuri Group dan bermitra dengan beberapa pengusaha lainnya, bertekad memperluas jaringan hotel ini ke seluruh Indonesia.
“Mengelola hotel itu ibaratnya mengurus rumah besar. Masak orang Indonesia tidak mampu mengelola sendiri hotel?” kata Nicodemus dalam percakapan dengan Kompas.com pekan lalu di Pekanbaru, Riau. Namun ia mengaku tak pernah belajar perhotelan secara khusus.
Lahir di Ketamputih, sebuah desa di Bengkalis, Provinsi Riau, tahun 1959, Nicodemus Kasan Kurniawan, lulusan Teknik Sipil Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) Bandung tahun 1984 ini, pernah menjabat Sekretaris REI Riau tahun 1992 dan Wakil Ketua REI Riau tahun 1995. Begitu lulus dari Unpar Bandung, Nico langsung balik kampung, menjadi kontraktor dan membangun daerah.
Berikut ini hasil percakapan dengan Nicodemus Kasan Kurniawan, Presiden Direktur Grand Zuri Group oleh Robert Adhi Kusumaputra dari Kompas.com.
Anda sebelumnya pengembang perumahan, yang kemudian terjun dalam usaha perhotelan. Mengapa?
Saya terjun dalam usaha properti sejak tahun 1990. Saya membangun banyak perumahan menengah dan menengah atas di Pekanbaru. Mengapa saya masuk ke bisnis perhotelan? Saya melihat bahwasanya secara nasional, jaringan hotel nasional belum begitu banyak dan kurang begitu berkembang. Jadi kami melihat ada peluang. Kami membangun, mengelola hotel, dan sekarang sudah berkembang menjadi jaringan hotel nasional.
Menurut saya, ironis kalau untuk mengurus hotel saja harus orang asing yang melakukannya. Seharusnya orang Indonesia bisa. Hotel kan sebetulnya sama dengan rumah besar, yang kamarnya banyak, orangnya banyak, ruang makannya besar, dapur besar. Jadi jangan kita persulit cara berpikirnya.
Dan hotel kan sebenarnya bagian dari properti juga, tapi banyak developer tidak mau masuk ke hotel karena investasi di hotel tidak secepat membangun rumah. Membangun dan mengelola hotel belum tentu kembali dalam lima tahun.
Kapan Anda mulai merintis Grand Zuri?
Saya mulai membangun Hotel Grand Zuri di Jalan Teuku Umar Pekanbaru sejak tahun 1997. Namun karena krisis ekonomi, hotel itu baru selesai tahun 2003. Hotel ini tadinya bintang tiga, kemudian jadi bintang empat.
Tahun 2004, kami membangun hotel bintang dua, Hotel Pelangi, yang nanti akan berganti nama menjadi Zuri Express, di Jalan Gatot Subroto, Pekanbaru. Kami membangun Grand Zuri bintang tiga di Duri tahun 2004 dan di Dumai tahun 2006.
Okupansi hotel-hotel ini memang tinggi pada hari kerja, Senin sampai Jumat. Banyak orang tidak mendapat kamar jika memesan untuk hari-hari kerja. Namun pada akhir pekan, okupansi rendah.