JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Negara Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa meminta para pengembang perumahan untuk membangun perumahan bagi masyaeakat yang tinggal di daerah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste. Pasalnya, hingga saat ini sekitar 22.000 kepala keluarga (KK) yang merupakan pengungsi provinsi Timor Timur yang memilih tinggal di daerah perbatasan tersebut belum tinggal di rumah yang layak huni.
“Saya rasa pembangunan perumahan di perbatasan juga sangat penting. Oleh karena itu saya minta para pengembang untuk silakan berinovasi serta berkiprah dalam program pembangunan perumahan di daerah perbatasan antara Indonesia dan Timor Leste,” ujar Menpera Suharso Monoarfa kepada sejumlah wartawan di Jakarta beberapa waktu lalu.
Suharso mengungkapkan, jumlah warga eks provinsi Timor Timur, yang kini menjadi Timor Leste itu jumlahnya cukup banyak sekitar 22.000 KK. Hal itu tentunya menjadi perhatian tersendiri bagi pemerintah mengingat banyak tempat tinggal masyarakat yang tinggal di perbatasan belum layak huni.
Suharso menambahkan, beberapa waktu lalu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat kembali dari lawatannya ke India pernah menanyakan kepada dirinya apakah ada rumah yang harganya cukup murah, sekitar 300 dollar AS di Indonesia. Sebab, saat ini kebanyakan rumah yang ada saat ini harganya cukup tinggi.
Untuk itu, Suharsono berharap para pengembang ke depan mampu membangun rumah dengan kualitas yang cukup baik dan tentunya dengan harga yang murah pula. Dalam hal ini, pihak kemenpera akan mengupayakan mendapatkan angka yang pasti mengenai harga rumah di daerah perbatasan.
“Kami tertantang untuk mampu membangun rumah di daerah perbatasan dengan harga Rp 5 juta untuk tipe 21. Tentunya dengan menggunakan bahan-bahan bangunan lokal yang ada di daerah tersebut,” terangnya.
Suharso menambahkan, pihaknya akan mencoba mendemonstrasikan pembangunan rumah murah tersebut di hadapan Presiden saat berkantor di Kupang nanti. Menpera berharap bangunan rumah tersebut tidak akan roboh saat ada bencana alam. Pasalnya, daerah Kupang secara geologi memang belum terlalu matang sehingga masih rawan bencana alam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.