Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merasakan Geely MK & MK2 Tanpa PDC, Bagian 1

Kompas.com - 10/08/2010, 19:22 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Kendati sudah diperkenalkan beberapa bulan lalu, Geely Mobil Indonesia (GMI) baru memberi kesempatan kepada wartawan Indonesia mencoba langsung produknya yang dirakit dan dijual di Indonesia, minggu lalu.

Sedan & Hatchback Saat ini ada dua model yang dipasarkan, yaitu sedan 4 pintu dengan label MK dan hatchback 5 pintu berlabel MK2. Keduanya menggunakan mesin, transmisi, suspensi dan transmisi yang sama. Penampilan, bagian depan antara sedan dan hatchback berbeda. Begitu juga belakangnya. Desain, gril, bumper dan lampu depan kedua model berbeda. Geely M2 atau hatchback mirip dengan VW Polo.

Untuk dimensi, hatchback lebih pendek 347 cm. Namun, lebar, tinggi dan jarak sumbu roda sama. Masing-masing model punya dua varian yang diibedakan berdasarkan perlengkapan tambahan, seperti sunroof, airbag (untuk pengemudi dan penumpang depan), radar mundur dan audio dengan fasilitas CD dan MP3 yang bisa dihubungkan ke USB flash disk.

Rute tes, Jakarta-Puncak-Bandung-Cikampek-Jakarta dengan total jarak hampir 385 km. Selama tes, rombongan dipandu oleh Patwal.

Belum di-PDC Pertama kali melihat sosok luar, terutama desain lampu, baik depan maupun belakang, langsung dinilai oke! Gaya, moderen dan manis.

Namun begitu masuk ke interior, terutama melihat dashboard dan door trim, langsung muncul penilaian, “Mirip Toyota Vios!” Hal tersebut diakui oleh A Budi Pramono, Presdir PT GMI. Juga diamini oleh Richard Yang, Direktur GMI, yang juga merupakan perwakilan langsung Geely China. Namun yang pasti, kemiripan tidak 100 persen.

Lebih teliti melihat interior, terlihat beberapa bagian, menggambarkan kualitas kontrol masih berada di bawah produk Jepang dan Korea. Ketika hal tersebut disampaikan kepada Budi Pramono, diakui 6 unit Geely yang dites, terdiri dari 3 unit MK dan 3 unit MK2, belum di-pre-delivery check atau inspection (PDC/I).

“Kami ingin memberi masukkan kepada perakit, apa saja yang harus mereka lakukan untuk mengontrol kualitas produk, ” jelas Budi tentang kondisi mobil yang dites. Keenamnya menggunakan transmisi manual, 5 percepatan.

Menurut Budi, GMI sengaja tidak memasarkan versi otomatik. Ia menilai belum mulus seperti kebanyakan mobil Jepang. “Perpindahan giginya belum mulus,” beber Budi.

Hasilnya, salah satu dari enam unit yang dites, hatchback hijau standar, sudah harus berhenti di Bogor. Penyebabnya, mesin ndut-ndutan. Menurut Budi, kabel komputer mesin terjepit saat mobil dirakit.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com
atau