KOMPAS.com - Waktu Yoris Sebastian (38) membeli rumahnya sekarang di Jalan Cikatomas I, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, itu, sebenarnya ia tidak sedang benar-benar membutuhkan rumah tinggal. Sebagai General Manager Hard Rock Cafe saat itu, Yoris mendapatkan fasilitas rumah dinas. ”Dulu awal-awal jadi GM, saya dapat rumah dinas di daerah Menteng. Terus setelah krismon, dipindah ke apartemen. Nyaman sebenarnya, tetapi saya diingatkan oleh teman untuk tetap harus memikirkan punya rumah sendiri, buat masa depan,” tutur Yoris, yang menjadi GM Hard Rock Cafe Jakarta pada 1999-2000, dilanjutkan menjadi GM Hard Rock Cafe Indonesia hingga 2007. Maka, ia pun mulai berburu rumah bersama teman sekantornya, Meuthia Kasim. Yoris sempat berniat membeli apartemen karena sudah merasakan enaknya tinggal di apartemen. Namun, kemudian orangtuanya menasihati untuk tidak membeli apartemen. ”Mereka bilang, sekarang itu orang sudah tidak membuat tanah lagi, artinya kalau di apartemen itu kan kita tidak memiliki tanahnya. Saya pikir-pikir benar juga, jadi akhirnya saya cari rumah beneran,” ungkap Yoris. Yoris sempat tertarik membeli rumah di lokasi yang dipilih Meuthia di daerah Cipete, Jakarta Selatan. Namun, niat itu akhirnya ia urungkan setelah melihat rumah di Cikatomas. ”Lagian, masak udah lima hari dalam seminggu ketemu Meuthia terus di kantor, hari liburnya masih ketemu dia lagi. Kan bosan, ha-ha-ha,” tutur pemenang International Young Creative Entrepreneur of the Year 2006 yang digelar British Council. Ia pun mengaku langsung jatuh cinta dengan lokasi rumah itu, yang dekat dari mana-mana, termasuk dari rumah orangtuanya. Ukuran yang tak terlalu besar tak menjadi halangan bagi Yoris. ”Saya memang tak pernah bercita-cita punya rumah besar meski nanti sudah berkeluarga sekalipun. Toh, sekarang banyak arsitek yang bisa merancang rumah berukuran kecil untuk tetap bagus dan nyaman ditinggali,” ujarnya. Maka tanpa ragu-ragu lagi, Yoris pun memutuskan membeli rumah itu meski uang tabungannya hanya cukup untuk membayar uang muka kredit. ”Saya terinspirasi anak buah saya di kantor yang mampu mencicil rumah untuk ibunya. Kalau anak buah saya saja bisa (beli rumah), mengapa saya tidak? Selain itu, kredit asal buat sesuatu yang produktif atau investasi seperti rumah kan tidak apa-apa,” kata konsultan kreatif yang merancang konsep unik di beberapa mal terbaru di Jakarta itu. Kini terbukti, keputusan Yoris untuk membeli rumah di pusat kota itu tidak salah. Dengan kesibukannya menggarap berbagai konsep kreatif, baik untuk kepentingan klien maupun demi kesenangan pribadinya, sebagian besar waktu Yoris dalam sehari dihabiskan untuk berpindah dari satu tempat rapat ke tempat rapat lainnya. ”Waktu menjadi sedemikian berharga. Ungkapan time is money sudah tidak terlalu tepat lagi. Sekarang ini, time is more valuable than money. Waktu sudah jauh lebih berharga dibanding uang,” ungkapnya. Itu sebabnya, lokasi pun menentukan prestasi.