Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Meneropong Serpong dengan Kantong Pas-pasan

Kompas.com - 26/09/2009, 07:29 WIB

KOMPAS.com - Serpong adalah salah satu daerah primadona di Jabodetabek (Jakarta-Bogor-Depok-Tangerang-Bekasi). Pertumbuhan pesat daerah yang terletak di barat daya Jakarta tersebut dalam satu dekade terakhir menjadi daya pemikat.

Tak heran para pengembang proyek perumahan dan komersial pun berlomba-lomba membangun proyek pemukiman di Serpong.Tengok saja, sepanjang Jalan Raya Serpong telah sesak oleh  pintu gerbang perumahan-perumahan baru. Ada Bumi Serpong Damai (BSD) City milik Sinar Mas Group, Alam Sutera milik PT Goldland, dan Gading Serpong yang dikembangkan PT Summarecon Agung Tbk.

Meski agak jauh dari Jakarta, akses transportasi ke Serpong cukup mudah. Ada jalan tol Jakarta Outer Ring Road (JORR), yang memudahkan warga Serpong menjangkau Jakarta dalam hitungan menit. Selain itu, ada pula rel kereta api yang  membentang antara Jakarta dan Rangkasbitung.

Nilai plus lain Serpong adalah fasilitas pendukung yang lengkap. Ada mal, rumahsakit, pasar modern, serta beragam sekolah bertaraf internasional. Tak heran bila harga perumahan di sepanjang jalan utama Serpong melonjak naik. Contohnya, semula harga rumah bertipe 36/60 dengan dua kamar tidur sekitar Rp 150 juta. “Sekarang sudah lebih dari Rp 200 juta,” kata Ali Tranghanda, pengamat properti dari Indonesia Property Watch.

Namun, pembaca yang berkantong cekak tidak perlu berkecil hati apabila tetap ingin tinggal di Serpong. Sejak setahun terakhir, pembangunan perumahan tidak lagi terpusat di Jalan Raya Serpong. Beberapa pengembang mulai melirik daerah di luar BSD seperti Ciputat, Pamulang, dan Cisauk. Ada Grand Serpong, Serpong Grand Park, Villa Dago Pamulang, Villa Dago Tol, Bumi Serpong Residence, Puri Pamulang, dan Pamulang Pratama.

Harga unit hunian di sana juga lebih murah. Rumah bertipe 40/72 sekitar Rp 190 juta. Sedangkan tipe 48/72 berbanderol Rp 210 juta. “Dibandingkan dengan BSD, harga perumahan di pinggiran Serpong ini lebih murah sekitar 20%,” kata Bangga Nirwanjaya, pakar properti dari Asosiasi CB Richard Ellis Indonesia.

Kualitas bangunan tidak kalah dari produk pengembang-pengembang ternama lain. Begitu pula dengan desainnya. Para pengembang kecil tersebut mengikuti tren properti dan konsep rumah terkini, yaitu minimalis modern.

Jadi kota mandiri

Sistem kluster digunakan dalam pengembangan perumahan tersebut. Otomatis, meski hanya kompleks kecil, keamanan dan kenyamanan rumah tidak kalah dengan kompleks perumahan yang lebih besar. “Perumahan sudah dikelilingi pagar dan hanya satu pintu untuk akses keluar masuk,” kata Riyantoko, salah satu pengembang pribadi di daerah Pamulang.

Perbedaannya hanya pada fasilitas pendukung yang tidak sebagus dengan perumahan di sekitar Jalan Raya Serpong. Bahkan, perumahan yang dibangun pengembang pribadi tidak punya fasilitas, kalaupun ada hanya jogging track, taman kecil, dan musala atau masjid.

Toh, tanpa fasilitas-fasilitas semacam itu, perumahan di daerah pinggiran Serpong sudah dekat dengan fasilitas-fasilitas umum, seperti pasar, sekolah, rumahsakit, perguruan tinggi, dan mal. “Perumahan pinggiran memanfaatkan fasilitas di Serpong,” imbuh Bangga.

Kawasan pinggiran Serpong juga hanya berjarak 15 menit dari Bintaro, Jakarta Selatan.  Pendek kata cukup strategis. Bahkan, kawasan di seputar Serpong itu akan segera menjadi kota mandiri di bawah Pemerintahan Kota (Pemkot) Tangerang Selatan. “Akses jalan raya diperlebar sehingga perkembangan kawasan menjadi lebih cepat,” kata Riyantoko.

Saat ini, jalan penghubung Serpong–Pamulang hanya selebar 8 meter. Rencananya, dalam tata ruang Pemkot Tangerang Selatan, lebar badan jalan tersebut bakal diperlebar menjadi 12 meter.

Nah, dengan segudang kelebihan tersebut, tak ada salahnya Anda mulai mengarahkan perhatian ke perumahan di pinggiran Serpong. Apalagi, saat ini, harga di sana relatif masih terjangkau ketimbang di tengah kota. Berikut beberapa kompleks perumahan yang layak Anda pertimbangkan menjadi tempat hunian baru.

Pamulang Green

Ini merupakan kluster kecil yang dibangun oleh pengembang pribadi. Lokasinya tidak berada di pinggir Jalan Raya Pamulang, tapi agak masuk ke dalam. Tepatnya, di Jalan H. Rean, Pondok Benda, atau sekitar 300 meter dari Jalan Raya Pamulang. Di sekitar kluster ini ada juga perumahan lain yang sudah dihuni, yakni perumahan Puri Pamulang.

Pamulang Green berdiri diatas lahan seluas 6.000 meter persegi (m²). Proses pembangunan sudah sejak awal tahun 2009, namun pemasarannya baru dilakukan sekitar dua bulan terakhir. Kompleks yang bakal terdiri dari 32 unit itu menawarkan dua tipe rumah. Pertama, tipe 38 dengan lahan seluas 6 m x 16 m. Kedua, tipe 48 dengan lahan 6 m x 17 m. “Semua rumah hanya satu lantai dengan dua kamar tidur,” kata Titin Supartinah, tenaga pemasaran Pamulang Green.

Pembangunan rumah di kluster ini tidak dibuat secara berjajar, melainkan menggunakan sistem couple atau berpasang-pasangan. Setiap unit rumah memiliki dinding sendiri-sendiri dengan menggunakan batubata merah. Atapnya dari bahan baja ringan, sedangkan genteng menggunakan beton flat. Kemudian, kusen pintu dan jendela memakai bahan aluminium.

Setiap rumah juga dilengkapi dengan listrik berdaya 1.300 watt. “Pasokan air menggunakan sumur pantek,” ujar Titin. Meski hanya membangun 32 unit, Pamulang Green bakal memiliki fasilitas-fasilitas pendukung berupa taman bermain anak dan kolam renang anak.

Bila Anda berminat memiliki rumah di sana, harga tipe 38 berkisar Rp 260 juta sedang kan tipe 48 mulai dari Rp 290 juta. “Harga jual ini termasuk AJB-BPHTB, Izin Mendirikan Bangunan (IMB), dan listrik,” imbuh Titin.

Pada tahap awal, Anda harus menyiapkan uang panjar sebesar Rp 5 juta dan uang muka minimal 30% dari harga standar. Anda juga bisa memilih layanan kredit pemilikan rumah (KPR) dari Bank Tabungan Negara (BTN), CIMB Niaga, dan Bank Negara Indonesia (BNI). Bunganya 12,5% per tahun, dengan jangka waktu hingga 20 tahun. Sejauh ini Pamulang Green sudah menjual tiga unit rumah.

Cluster Griya Mulya

Sama halnya Pamulang Green, perumahan ini juga dikembangkan oleh pengembang pribadi, yakni Riyantoko. Lokasinya berada di Jalan Mujahir Raya, Bambu Apus, Pamulang.

Pusat belanja Pamulang, yakni Giant dan Carrefour terletak di dekatnya. Jarak tempuh dari Serpong sekitar 20 menit.  Pilihan transportasi lainnya juga ada, yaitu kereta api. Maklum, Cluster Griya dekat dengan Stasiun Sudimara. Selain itu, akses ke jalan tol BSD cukup mudah. “Hanya 15 menit sudah sampai tol,” kata Riyantoko.

Kluster ini menawarkan 30 unit rumah berlantai satu. Terdiri atas dua tipe rumah, yaitu tipe 40/72 dan tipe 48/72-125. Konsep bangunannya juga berpasang-pasangan, setiap rumah memiliki dinding sendiri. “Masing-masing rumah memiliki dua kamar tidur,” imbuhnya.

Dinding rumah menggunakan batubata merah, atap berbahan baja ringan, genteng dari beton, dan kusen dari kayu meranti kering oven. Rumah ini dialiri listrik berdaya 1.300 watt, sedangkan air dari sumur.

Riyantoko bilang, konsep bangunan kluster adalah hunian islami. Tak heran bila Cluster Griya dilengkapi masjid dan taman bermain anak. “Nanti juga akan dibangun taman pendidikan Al Quran (TPA),” ujar Riyantoko.

Dengan duit minimal Rp 195 juta Anda sudah bisa membeli rumah bertipe 40/72 di sini. Sedangkan harga tipe 48 mulai dari Rp 213 juta. Oh, iya, sekarang sedang ada promosi Bulan Ramadan, berupa diskon sebesar 10% dari uang muka. “Minimal uang muka Rp 48 juta, bila dikurangi diskon menjadi Rp 44 juta,” tandasnya.

Panorama Serpong

Perumahan ini terletak tepat di pinggir Jalan Raya Puspiptek Serpong. Ini merupakan hasil karya pengembang properti PT Arya Lingga Manik. Sebenarnya, perumahan ini sudah dibangun sejak awal tahun 2008. Pada tahap pertama dibangun sebanyak 331 unit rumah. Terdiri atas tipe 27 dan tipe 45. Saat ini, rumah-rumah tersebut sudah dihuni.

Nah, untuk tahap kedua, pengembang akan membangun 174 unit rumah. Pembangunan sudah mulai sejak Januari 2009. Ada beberapa tipe rumah, yakni The Greens berukuran 48/96, The Oranges seluas 55/105, The Reds 70/120, dan The Blues sebesar 90/90. Tipe Oranges dan Greens hanya terdiri dari satu lantai dan dua kamar tidur. Sedangkan tipe The Reds dan The Blues terdiri dari dua lantai dengan tiga kamar tidur.

Semua tipe rumah menggunakan rangka baja ringan, dinding bata merah, lantai keramik, dan kusen dari bahan aluminium. Kebutuhan air dipasok dari sumur bor dan pompa listrik. Sedangkan aliran listrik berdaya 2.200 watt.

Arya Lingga sudah membangun fasilitas pendukung berupa sport center yang terletak di ujung belakang perumahan. Rencananya, pengembang juga akan membangun kolam renang dan taman bermain.

Sejak dipasarkan awal tahun lalu, Panorama Serpong sudah mengalami satu kali kenaikan harga. Sekarang, tipe The  Greens seharga Rp 285 juta, The Oranges berbanderol Rp 340 juta, The Reds Rp 420 juta, dan The Blues Rp 428 juta. “Harga itu sudah naik 10% dari harga perdana,” kata Hamim Akbar, Manajer Marketing Arya Lingga Manik.

Hingga kini, pengembang berhasil menjual sekitar 70 unit rumah tahap kedua. Bila tertarik, Anda harus menyiapkan uang panjar Rp 5 juta. “Selama Ramadhan ini booking fee didiskon Rp 2 juta,” imbuh Hamim.

Selanjutnya, maksimal 14 hari kemudian, Anda harus membayar uang muka sebesar 20% dari harga rumah. Ada pula fasilitas KPR yang bisa dipilih di BTN, BNI, Bank Mandiri, Bank Bumiputera, dan Bank Permata. Bunganya hanya 10,5% dengan pilihan jangka waktu hingga 15 tahun.

Griya Suradita

Tak hanya di Pamulang, Anda juga bisa mencari rumah di daerah Cisauk. Daerah ini berada di sebelah selatan Serpong. Di daerah tersebut ada pengembang yang menjajakan kompleks perumahan bernama Griya Suradita.

Seperti BSD atau Alam Sutera, Griya Suradita adalah kompleks perumahan yang luas. Ini merupakan proyek properti jangka panjang milik PT Adco Citra Asri. Sejak tahun 2004 lalu, proyeknya sudah dimulai.

Griya Suradita terletak di atas lahan seluas 45 hektare. Jumlah rumah yang akan dibangun sebanyak 2.400 unit. Agus Mustofa, Direktur Pemasaran Griya Suradita mengaku, pihaknya sudah berhasil menjual 1.600 unit rumah.

Saat ini, pengembang Griya Suradita sedang memasarkan hunian tahap ketiga. Ada empat tipe rumah yang mereka tawarkan, yakni tipe 30/72, tipe 36/96, tipe 48/120, dan tipe 60/120. Semua tipe tersebut terdiri dari atas satu lantai dengan dua kamar tidur. “Kecuali tipe 60 yang terdiri dari tiga kamar tidur,” imbuh Agus.

Harga tipe 30/72 mulai dari Rp 75 juta hingga Rp 99 juta, tipe 36/96 dari Rp 95 juta hingga  Rp 120 juta, tipe 45/120 sebesar Rp 163 juta, dan tipe 60/120 sebesar Rp 220 juta. Maklum, kualitas bahan bangunannya memang berbeda. “Rumah yang lebih murah berdinding batako,  sedangkan rumah dengan harga lebih mahal dari bata merah,” ujar Agus.

Ada dua pilihan alat transportasi ke sana. Antara lain angkutan umum dan kereta api yang melintas di Stasiun Cisauk. Sayang, jaraknya 1,5 km. (KONTAN/Adi Wikanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com