Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasib Bangunan Loji di Kudus

Kompas.com - 11/01/2009, 09:15 WIB

Tak semua bangunan tua atau antik di Kudus bernasib mujur seperti yang dialami Omah Mode dan bangunan-bangunan tua lainnya. Salah satu bangunan tua yang telah tergusur adalah rumah dinas PJKA (Perusahaan Jawatan Kereta Api) di Desa Getas Pejaten. Ada sekitar 10-an rumah dinas yang telah tergusur dan kini menjadi ruko.

”Hingga kini ada 32 bangunan tua zaman kolonial di Kudus yang terselamatkan,” kata Sancaka dengan nada prihatin. 32 bangunan itu di antaranya bangunan SMP 1 Kudus, kantor Kawedanan (wedono = pembantu bupati) di Desa Kramat, dan Rumah Markas Gerilya Macan Putih (Gerilya Muria) di Jalan Jurang Gebog.

Selain rumah tinggal, di Kudus juga terdapat bangunan tua dengan pengaruh loji yang hingga kini berfungsi sebagai lembaga pendidikan. Salah satunya bangunan SMP Negeri 1 Kudus yang terletak di Jalan Sunan Muria. Bangunan SMP 1 dibangun dengan gaya pastoran. Pada masa kolonial gedung tersebut pernah menjadi sekolah bagi para sinyo Belanda.

Ciri khas bangunan gaya pastoran Belanda adalah plafon kayu yang tinggi (agar sirkulasi udara secara alami, mengingat zaman dulu belum ada pendingin udara), juga bangsal pertemuannya beratap limas dengan konstruksi kayu. Selain itu, tentu saja pintu dan jendela berdaun ganda.

Selain dipengaruhi gaya loji (Belanda), gaya Paris (Perancis), serta gaya yang biasa disebut rumah jengki juga memengaruhi sejumlah bangunan tua di Kudus. Seperti Rumah Kembar milik Keluarga Nitisemito yang mengapit Sungai Gelis adalah perpaduan gaya loji dan Paris. Ciri bangunan Paris pada kusen pintu atau jendela tidak berupa persegi, tapi melengkung pada bagian atas mirip setengah lingkaran.

Selain itu gaya rumah jengki juga terlihat pada sejumlah bangunan-bangunan lain di Kudus, seperti rumah milik seorang keluarga yang digunakan sebagai tempat tinggal dan usaha di desa Barongan, RS Bersalin Miriam, atau kantor Dinas Pekerjaan Umum Pemkab Kudus. Bangunan tua itu tetap terawat, berfungsi baik, dan menjadi kebanggaan bagi yang menempatinya.

Memang perlu upaya keras dan dana yang tidak sedikit untuk merawat dan menjaga bangunan tua sebagai cagar budaya. Baik itu oleh pihak pemda dan para pemilik bangunan-bangunan tua/antik itu. Karena cagar budaya di setiap kota mencerminkan sejarah kota itu sendiri. Jangan sampai atas nama pembangunan (kota), cagar budaya pun lenyap tinggal sejarah. Ruko lagi, ruko lagi....

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com