Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Ini Panduan Lengkap Bangun Rumah Tahan Gempa

Pasalnya, dikutip dari pemberitaan Kompas.com, gempa yang berpusat di Blangpidie itu setidaknya mengakibatkan tiga unit rumah rusak ringan.

Ketiga rumah tersebut adalah milik Zulfa (44) dan Jufri (52) di Desa Kuta Baro Kecamatan Sawang, dan rumah milik Arif Rahman di Desa Simpang Tiga Kecamatan Kluet Tengah.

Nah, untuk mengurangi risiko kerusakan rumah dan korban jiwa akibat gempa, penting bagi masyarakat dan para profesional di bidang konstruksi memahami dan menerapkan prinsip pembangunan rumah tahan gempa.

Apalagi, Indonesia merupakan negara yang berada di kawasan cincin api Pasifik, menjadikannya rawan terhadap aktivitas seismik seperti gempa bumi.

Dilansir dari laman inarisk.bnpb.go.id, persyaratan pokok rumah tahan gempa meliputi bahan bangunan, struktur utama, hubungan antar elemen struktur, dan pengecoran beton.

Berikut ulasan selengkapnya:

1. Bahan bangunan

Bahan bangunan yang dipergunakan dalam pembangunan bangunan tahan gempa harus berkualitas baik dan proses pengerjaan yang benar.

a. Beton

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat campuran beton adalah:

  • Campuran beton terdiri dari semen: 2 pasir: 3 kerikil : 0,5 air
  • Perlu diperhatikan penambahan air dilakukan sedikit demi sedikit dan disesuaikan agar beton dalam keadaan pulen (tidak terlalu encer dan tidak terlalu kental)
  • Ukuran kerikil yang baik maksimum 20 mm dengan gradasi yang baik
  • Semen yang digunakan adalah semen tipe 1 yang berkualitas sesuai dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).

b. Mortar

Campuran volume mortar memiliki perbandingan 1 semen : 4 pasir bersih : air secukupnya. Pasir yang dipergunakan sebaiknya tidak mengandung lumpur karena lumpur dapat mengganggu ikatan dengan semen.

c. Batu Fondasi

Fondasi terbuat dari baru kali atau batu gunung yang keras dan memiliki banyak sudut agar ikatan dengan mortar menjadi kuat.

d. Batu Bata

Batu bata yang digunakan harus memenuhi syarat:

  • Bagian tepi lurus dan tajam
  • Tidak banyak retakan
  • Tidak mudah patah
  • Dimensi tidak terlalu kecil dan seragam.

Selain itu batu bata yang baik akan bersuara lebih denting ketika dipukul satu sama lain.

Sebelum batu bata dipasang lakukan perendaman bata sekitar 5-10 menit hingga tercapai penuh permukaan kering pada bata. Kemudian dikeringkan sebelum direkatkan dengan mortar.

Hal ini dilakukan agar tingkat penyerapan bata terhadap air campuran mortar tidak terlalu cepat, karena pengeringan yang terlalu cepat mengakibatkan ikatan menjadi kurang kuat

Batu Bata yang baik pada saat direndam tidak banyak mengeluarkan gelembung dan tidak hancur.

e. Kayu

Kayu yang digunakan harus berkualitas baik dengan ciri-ciri:

2. Struktur utama

Proses konstruksi struktur utama harus memperhatikan ketepatan dimensi dan melalui metode yang benar. Struktur utama bangunan rumah tinggal tunggal terdiri dari:

a. Fondasi

Pada kondisi tanah yang cukup keras fondasi yang terbuat dari batu kali dapat dibuat dengan ukuran sebagai berikut:

  • Lantai kerja pasir 10-20 cm
  • Lebar bawah fondasi ≥ 60 cm
  • Tinggi fondasi (dari dasar galian) ≥ 60 cm
  • Lebar atas pondasi (di sambungan dengan sloof atau kolom) ≥ 30 cm
  • Lebar galian tanah ≥ 80 cm

b. Balok Pengikat/Sloof

Balok pengikat/sloof memiliki spesifikasi sebagai berikut:

  • Ukuran balok pengikat/sloof 15x20 cm,
  • Diameter tulangan utama 10 mm,
  • Diameter begel 8 mm,
  • Jarak antar tulangan begel 15 cm, dan
  • Tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm.

c. Kolom

Kolom memiliki spesifikasi sebagai berikut:

  • Ukuran kolom 15 x 15 cm;
  • Diameter tulangan utama baja 10 mm;
  • Diameter tulangan begel baja 8 mm;
  • Jarak antar tulangan begel 15 cm; dan
  • Tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm.

d. Balok Keliling/Ring

Balok keliling/ring memiliki spesifikasi sebagai berikut:

  • Ukuran balok keliling/ring 12 x 15 cm;
  • Diameter tulangan utama baja 10 mm;
  • Diameter tulangan begel baja 8 mm;
  • Jarak antar tulangan begel 15 cm; dan
  • Tebal selimut beton dari sisi terluar begel 15 mm.

e. Struktur Atap

Struktur atap berfungsi untuk menopang seluruh sistem penutup atap yang ada di atasnya. Struktur atap terdiri dari:

  • Kuda-kuda kayu

Kuda-kuda kayu digunakan sebagai pendukung atap dengan bentang paling panjang sekitar 12 m. Konstruksi kuda-kuda kayu harus merupakan satu kesatuan bentuk yang kokoh sehingga mampu memikul beban tanpa mengalami perubahan.

Kuda-kuda kayu diletakkan di atas dua kolom berseberangan selaku tumpuan. Ikatan antar batang pada kuda-kuda kayu diperkuat dengan plat baja dengan ketebalan 4 mm dan lebar 40 mm atau papan dengan ketebalan 20 mm dan lebar 100 mm.

  • Gunung-Gunung/Ampig

Bingkai gunung-gunung/ampig terbuat dari beton bertulang dengan spesifikasi sebagai berikut:

  • Ukuran bingkai 15 x 12 cm
  • Tulangan utama dengan diameter 10 mm
  • Tulangan begel dengan diameter 8 mm
  • Tebal selimut beton 10 mm.

Gunung-gunung/ampig terbuat dari susunan bata yang direkatkan dengan campuran mortar (perbandingan 1 semen : 4 pasir : air secukupnya) dan diplaster.

Penggunaan bahan yang ringan seperti papan dan Glassfibre Reinforced Cement (GRC) juga dianjurkan untuk meminimalkan dampak apabila gunung-gunung/ampig roboh pada saat terjadi gempa.

  • Ikatan Angin

Ikatan angin berfungsi sebagai pengikat antar kuda-kuda kayu, antar gunung-gunung/ampig, atau antara kuda-kuda kayu dengan gunung-gunung/ampig agar berdiri tegak, kokoh, dan sejajar.

f. Dinding

Dinding berfungsi sebagai pembatas dan tidak menopang beban. Luas dinding maksimal adalah 9 m2 sehingga jarak palling jauh antar kolom adalah 3 m.

Dinding terbuat dari pasangan batu bata yang direkatkan oleh spesi/siar dengan perbandingan campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya.

Untuk menambah kekuatan, dinding diplaster dengan campuran mortar (perbandingan campuran 1 semen : 4 pasir : air secukupnya) ketebalan 2 cm.

3. Hubungan antar eleman struktur

Seluruh elemen struktur bangunan tahan gempa harus menjadi satu kesatuan sehingga beban dapat ditanggung dan disalurkan secara proporsional. Struktur bangunan juga harus bersifat daktail/elastis sehingga dapat bertahan apabila mengalami perubahan bentuk pada saat terjadi bencana gempa.

Hubungan antar elemen struktur bangunan rumah tinggal tunggal tahan gempa terdiri dari:

a. Hubungan antara pondasi dengan balok pengikat/sloof

Untuk menghubungkan pondasi ke balok pengikat/sloof ditanam angkur besi dengan jarak paling jauh tiap angkur adalah 1 m

b. Hubungan antara balok pengikat/slooff dengan kolom

Pada hubungan antara balok pengikat/sloof dengan kolom, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok pengikat/sloof dengan ‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).

c. Hubungan antara kolom dengan dinding

Antara kolom dan dinding dihubungkan dengan pemberian angkur setiap 6 lapis bata. Penggunaan angkur dengan diameter 10 mm dan panjang minimal 40 cm.

d. Hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring

Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring dengan ‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).

e. Hubungan antara balok keliling/ring dengan kuda-kuda kayu

Pada hubungan antara kolom dengan balok keliling/ring, tulangan kolom diteruskan dan dibengkokkan ke dalam balok keliling/ring dengan ‘panjang lewatan’ paling pendek 40 x diameter tulangan atau 40 cm (40 dikali 10 mm).

4. Pengecoran beton

Pengecoran beton baik pada kolom maupun balok harusmemperhatikan hal-hal sebagai berikut:

Untuk mempermudah pelepasan cetakan/bekisting dapat menggunakan minyak yang dilumurkan ke permukaan cetakan/bekisting.

a. Pengecoran Kolom

Pengecoran kolom dilakukan secara bertahap setiap 1 m.

b. Pengecoran Balok

Pada pengecoran balok keliling/ring, tulangan dirangkai di atas dinding. Cetakan/bekisting pada balok yang menggantung harus diberi penyangga di bawahnya menggunakan kayu atau bambu yang kuat menahan beban campuran beton.

Untuk balok yang menumpu pada dinding, cetakan/bekisting dapat dilepas setelah 3 hari, sedangkan untuk balok yang menggantung baru dapat dilepas setelah 14 hari.

(KOMPAS.com | Penulis: Zuhri Noviandi | Editor: Gloria Setyvani Putri)

https://properti.kompas.com/read/2025/05/12/120017421/ini-panduan-lengkap-bangun-rumah-tahan-gempa

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke