Hal itu mungkin dapat dicapai apabila pembangunan hunian menerapkan konsep rumah pasif.
Rumah pasif adalah jenis bangunan yang dirancang untuk memaksimalkan penggunaan energi alam, seperti angin dan cahaya matahari. Fungsinya untuk mengurangi ketergantungan pada energi konvensional.
Konsep ini mungkin terdengar asing bagi sebagian orang, karena memang belum banyak diterapkan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Padahal ini merupakan inovasi yang sangat relevan di era modern, di mana efisiensi energi dan keberlanjutan menjadi prioritas.
Rumah pasif menggunakan prinsip dasar seperti isolasi yang sangat baik, desain yang cermat untuk menangkap sinar matahari, dan sistem ventilasi yang canggih.
Rumah pasif telah terbukti mampu mengurangi konsumsi energi hingga 95 persen dibandingkan rumah konvensional. Bahkan, bangunan ini telah diakui secara global, dengan standar ketat yang ditetapkan oleh Passive House Institute (PHI) di Jerman.
Menurut PR & Marketing Communication Senior Manager Gravel, Ricky Alexander Samosir, untuk membangun rumah pasif membutuhkan perencanaan matang dan eksekutor handal.
"Meskipun memiliki banyak keuntungan, proses pembangunan rumah pasif cukup kompleks," ujarnya dalam keterangan tertulis, Jumat (11/10/2024).
Salah satu ciri khas rumah pasif adalah desainnya yang memungkinkan pemanfaatan energi alami secara optimal. Rumah pasif biasanya dirancang dengan banyak jendela yang menghadap ke selatan, memungkinkan sinar matahari masuk ke dalam rumah.
Selain itu, rumah pasif sering menggunakan material bangunan alami, ramah lingkungan, termasuk pemanfaatan ruang luar dan bukaan untuk mengoptimalkan sirkulasi udara, sehingga rumah terasa lebih sejuk tanpa perlu menggunakan banyak energi untuk pendingin udara.
Lebih lanjut, berikut karakteristik rumah pasif yang membedakannya dari bangunan konvensional:
1. Efisiensi Energi Tinggi
Rumah pasif dirancang untuk meminimalkan penggunaan energi aktif, terutama dalam hal pemanas dan pendingin ruangan. Penggunaan panel surya dan sistem ventilasi yang cerdas memastikan bahwa kebutuhan energi bangunan sangat rendah.
2. Pemanfaatan Sinar Matahari
Lokasi dan orientasi rumah sangat penting. Rumah pasif biasanya dibangun di lokasi yang mendapatkan sinar matahari yang cukup, dengan jendela besar di sisi selatan untuk memaksimalkan pemanasan alami.
3. Penggunaan Material Lokal dan Alami
Untuk mengurangi jejak karbon, rumah pasif sering menggunakan bahan bangunan lokal yang ramah lingkungan. Material seperti kayu dan batu lebih disukai, sedangkan penggunaan plastik dan bahan sintetis lainnya dihindari.
4. Sistem Pengolahan Air Efisien
Selain hemat energi, rumah pasif juga dirancang untuk menggunakan air dengan lebih efisien, baik melalui sistem pemanenan air hujan maupun penggunaan teknologi sanitasi yang ramah lingkungan.
https://properti.kompas.com/read/2024/10/11/110000821/ingin-punya-rumah-hemat-listrik-hingga-95-persen-nih-solusinya