Karena itu, tidak heran rumah yang berlokasi tepat pada pertemuan dua jalur jalan berbentuk tegak lurus (berbentuk huruf T) ini kurang diminati oleh masyarakat.
Padahal beberapa rumah tusuk sate berada di tepi jalan utama yang menjadikannya sebagai lokasi strategis bila diubah menjadi tempat usaha.
Dibalik sederet mitos buruk yang menyertainya, rumah tusuk sate ternyata dianggap merupakan hal yang biasa dalam pandangan agama Islam.
Menurut Ustadz Khalid Basalamah seperti dikutip dari kanal YouTube Sebuah Kisah Official, dalam Islam, tidak ada masalah jika rumah berada di lokasi tusuk sate.
“Mau rumah tusuk sate, mau tusuk apa, kan dibangun dengan uang halal. Mau ada di ujung gang, mau di samping, mau bentuknya kotak, gak ada masalah dalam Islam,” ungkapannya pada video yang diunggah pada Sabtu (15/7/2017).
Ini berbeda dengan kondisi rumah yang pemiliknya taat beribadah, melakukan zikir maka rumah tersebut merupakan tempatnya malaikat.
Menurut Ustadz Khalid, anggapan tentang kesialan rumah tusuk sate merupakan Tathayyur dalam Islam yakni menggantungkan sesuatu pada benda-benda yang tidak ada hubungan sama sekali dengan panduan syariat.
Tathayyur sendiri diharamkan dalam syariat Islam dan dimasukkan dalam kategori perbuatan syirik oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Hal tersebut karena orang menganggap peran sebuah benda menjadi lebih penting karena membawa untung dan celaka.
https://properti.kompas.com/read/2022/09/19/143000421/begini-pandangan-agama-islam-mengenai-rumah-tusuk-sate