Dalam unggahannya, akun @inge_august menceritakan konsep mencicil rumah per bulan, kemudian mendapatkan rumah itu cukup menyesatkan.
"Karena kalo lo beli rumah, bukan soal harga rumahnya aja yg harus lo bayarin. Biaya tetek bengek surat2 dan KPR-nya aja bisa 10% dari harga rumahnya. Dan lo juga harus berkutat dengan bunga bank tiap bulannya yg bikin deg2an," cuit @inge_august
Selain itu, kata Inge, alangkah baiknya bagi rumah di bawah Rp 1 miliar dikenakan bunga bank lebih kecil dibandingkan di atas Rp 1 miliar.
Atas cuitan tersebut, banyak warganet yang sependapat dan tak sedikit juga yang kontra dengan Inge.
"Anggaplah kita memulai KPR di usia 30 dan beres paling lama di usia 50 tahun, setelah itu selesai. Sedangkan sewa rumah? Setelah di usia 50 tahun, kita akan tetap bayar sewa. Biaya akan makin membengkak, dan jika sudah pensiun, dari mana uang untuk bayar sewa didapat?" cuit @Greschinov
Lain halnya dengan akun Twitter @meeeeeeeeell_, dia mencuit "Dan skrg jaman terbalik, ketika pinjam bank/ ngambil KPR di wajarkan & org yg gngelakuin itu dinyinyirin Upside-down face pdhl byk alasan knp gw g ngambil KPR/pinjam bank, tp menurut mereka yg gw lakuin itu salah dg alibi “mumpung masih muda/ mumpung masih murah (harga KPR/ cicilan bank” hahah".
Hingga berita ini diturunkan, cuitan tersebut telah dicuit ulang 4.571 dan mendapatkan 21.400 jempol warganet.
Menurut Lead Financial Trainer QM Financial Ligwina Hananto, membeli atau sewa rumah tergantung pada kondisi finansial masing-masing orang.
Namun, membeli rumah dapat dikatakan menguntungkan apabila sudah dalam situasi mampu atau kondisi hidup sudah lebih tetap.
"Contohnya, setelah perhitungan cocok, memiliki down payment (DP) atau uang muka dan perhitungan cicilan sudah mampu. Membeli rumah jadi masuk dalam hitungan finansial," tutur Ligwina kepada Kompas.com, Kamis (22/04/2021).
Meski begitu, terpenuhinya finansial tidaklah cukup. Karena, konsumen perlu memperhatikan cara hidup lebih tetap.
Misalnya, jika seseorang melakukan dinas ke luar kota selama 5 tahun, membeli properti di kota tempat berdinas belum tentu menguntungkan.
Jika suatu saat harus pindah dan kemungkinan tidak akan kembali lagi ke kota tersebut, mengurus rumah jauh akan memakan ongkos tinggi.
Selain itu, menjual rumah di tempat dinas pun membutuhkan waktu cenderung lama.
Sejatinya, ada konsekuensi yang harus diterima seseorang jika hendak membeli rumah yaitu ongkos besar untuk pemeliharaan dan pajak.
Sedangkan menyewa, perlu ada rasa kenyamanan yang harus dipikirkan karena tempat itu bukan milik sendiri.
"Artinya, jangan halu berpikir betah padahal bukan rumah sendiri," tuntas Ligwina.
Sementara Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan, ada dua faktor yang menjadi pertimbangan seseorang memutuskan untuk membeli atau menyewa rumah yaitu tingginya suku bunga Kredit Pemilikan Rumah (KPR) dan biaya perawatan rumah.
Dalam data Rumah.com yang diperoleh per Februari 2021, suku bunga KPR masih berada pada angka 8,26 persen dan suku bunga Kredit Pemilikan Apartemen (KPA) sebesar 8,22 persen.
"Ini hanya turun tipis dibandingkan bulan sebelumnya, masing-masing berada pada angka 8,29 persen dan 8,27 persen," tutur Marine dalam laporannya, Jumat (23/04/2021).
Terlepas dari semua pertimbangan tersebut, membeli rumah tetap menjadi impian bagi sebagian besar orang Indonesia.
Marine mengungkapkan, hal ini karena banyaknya masyarakat yang menghabiskan waktu lebih banyak di rumah.
Menurut dia, membeli rumah jauh lebih menguntungkan dalam beberapa kondisi misalnya ketika memiliki dana cukup lapang.
"Sehingga, bisa meminimalkan besarnya plafon pinjaman ke bank," lanjut Marine
Lalu, ketika pilihan-pilihan hidup seperti karier dan berkeluarga juga amat mendukung untuk menetap di suatu lingkungan yang sama.
Sementara terakhir, ketika seseorag memiliki potensi untuk menyewakan rumah dengan rasio harga yang menguntungkan.
https://properti.kompas.com/read/2021/04/23/160000921/beli-versus-ngontrak-rumah-mana-lebih-menguntungkan-