Hal ini ditandai dengan anjloknya jumlah wisatawan nusantara sepanjang 2020 hingga 56 persen.
Angka yang lebih memprihatinkan ditunjukkan kunjungan wisatawan mancanegara yang merosot drastis hingga sebesar 83 persen.
Tentu saja, jebloknya jumlah kunjungan wisatawan ini berdampak pada tiga matriks industri perhotelan yakni pasokan, tarif, dan tingkat okupansi.
Dari matriks pasokan kamar hotel, menurut data Colliers Indonesia, Bali mengalami stagnasi sehingga jumlah kamar hotel tetap di angka 60.042 dari 539 proyek hotel hingga kuartal I-2021.
Sementara, sampai akhir tahun 2021, terdapat 637 kamar dari lima proyek hotel dengan klasifikasi bintang tiga, empat, dan lima yang ditargetkan selesai konstruksinya.
Ketersediaan jumlah kamar yang cukup banyak membuat tingkat hunian hotel di Bali menjadi sangat rendah.
Tingkat hunian pada Kuartal I-2021, rata-rata 16,3 persen atau turun 4,2 persen dari kuartal sebelumnya dengan tarif rata-rata harian atau average daily rate (ADR) 76,7 dollar AS.
Sedangkan hingga akhir tahun 2021, tingkat hunian berada pada posisi 22,4 persen atau lebih rendah 1,9 persen secara tahunan dengan ADR diprediksi akan mencapai 89,3 persen atau turun 1,9 persen secara tahunan.
Senior Associate Director Research Colliers Indonesia Ferry Salanto menuturkan, kinerja tiga matriks itu terendah dalam sejarah.
Dengan stok kamar yang sangat banyak dan terbatasnya jumlah kunjungan, membuat pelaku bisnis perhotelan tidak memiliki pilihan lain kecuali bertahan dari pandemi Covid-19.
"Mereka memilih memberikan diskon dan promosi lain demi menarik pengunjung. Meski demikian, hasilnya tidak signifikan," kata Ferry dalam laporan yang diterima Kompas.com, Senin (12/04/2021).
Ferry menegaskan, industri perhotelan sangat membutuhkan mobilitas pengunjung, dan vaksin Covid-19 akan membantu membangun kembali kepercayaan.
Selain itu, akan ada interval waktu selama beberapa bulan sebelum rencana Pemerintah untuk membuka akses bagi turis asing pada Juli 2021.
Momen ini bisa dimanfaatkan oleh pengelola untuk melakukan renovasi atau peremajaan hotelnya sebelum beroperasi penuh.
Larangan mudik
Meski eksistensi perhotelan Bali diselamatkan turis domestik sepanjang 2020 hingga Kuartal I-2021, namun kebijakan larangan mudik yang sudah final diprediksi bakal membuat industri ini makin terpuruk.
"Kuartal II-2021 menjadi momen sulit bagi pelaku bisnis perhotelan karena larangan mudik Lebaran," tutur Ferry.
Masyarakat diminta untuk tidak bepergian ke kota asal mereka atau ke tujuan lokal lainnya. Hal ini dapat mengakibatkan penurunan jumlah wisatawan ke Bali.
Padahal, jika dilihat secara umum, industri perhotelan Bali bisa tetap eksis hingga sekarang karena kunjungan turis domestik.
Mereka tertarik dengan diskon dan banyaknya promosi.
"Sebelum pemerintah mengizinkan turis asing dapat berkunjung pada Juli tahun ini, turis domestik akan kembali menjadi penyelamat industri," tuntas Ferry.
https://properti.kompas.com/read/2021/04/13/070000121/larangan-mudik-diprediksi-bikin-bisnis-hotel-di-bali-makin-suram