Betapa tidak, tingkat okupansi industri yang erat kaitannya dengan pariwisata ini hanya berkisar 10-20 persen saja selama Pandemi Covid-19.
Senior Director Head of Advisory Group Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia Vivin Harsanto mengatakan hal itu dalam webinar, Jumat (5/2/2021).
"Hotel memang cukup berat. Kami melihat malah banyak sekali yang dijajakan (dijual) ya, mungkin (tingkat) okupansi sekitaran 10-20 persen, ini memang cukup berat," ujar Vivin.
Tak patah semangat, beberapa perhotelan memiliki strategi untuk memperoleh sertifikasi Cleanliness, Health, Safety, and Environment Sustainability (CHSE).
Perolehan sertifikat ini merupakan salah satu cara agar instansi pemerintah bisa membuat seminar atau event (acara) di perhotelan.
Menurut Vivin, hal itu merupakan suatu strategi untuk memperbaiki tingkat okupansi suatu hotel.
Berdasarkan catatan Kompas.com, ada beberapa hotel yang berhasil meraih sertifikasi tersebut.
Sebut saja, Mambruk Hotel & Convention Anyer yang meriah skor 98/100.
Selain itu, 19 jaringan POP! Hotels yang merupakan bagian dari Tazia Hotels juga telah mendapatkan capaian itu.
Vivin mengatakan, sertifikat CHSE itu tidak cukup karena masih butuh beberapa trik maupun inovasi yang perlu dilakukan pengelola maupun pemilik hotel.
Meski demikian, industri hotel diprediksi akan kembali bangkit setelah vaksinasi Covid-19 dilakukan, yakni 21 bulan atau 6 bulan lebih lama dibandingkan prediksi pemerintah.
"Kalau di government dibilang 12-15 bulan, saya rasa mungkin akan lebih dari itu. Dari 15 bulan mungkin, it takes another 6 months (butuh tambahan waktu 6 bulan) untuk orang confident (percaya diri)," tutup Vivin.
https://properti.kompas.com/read/2021/02/05/210000821/industri-perhotelan-diprediksi-bangkit-dalam-waktu-21-bulan