BrandzView
Konten ini merupakan kerja sama Kompas.com dengan Sinar Mas land
Salin Artikel

Kebanyakan Milenial Masih Belum Punya Hunian, Kenapa?

KOMPAS.com – Narasi sulitnya generasi milenial untuk memiliki hunian pribadi masih terdengar hingga kini, tak hanya di Indonesia, tapi juga di dunia.

Di Amerika Serikat (AS), misalnya. Riset Millennial Homeownership Urban Institute 2018 menemukan, tingkat kepemilikan hunian pada generasi milenial saat itu hanya mencapai 37 persen. Jumlah tersebut lebih rendah dibandingkan generasi sebelumnya, yakni generasi baby boomers sebesar 45 persen dan generasi X sebesar 45,5 persen.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan milenial sulit memiliki hunian dijelaskan dalam studi itu. Pertama, utang. Milenial merupakan generasi paling terdidik sepanjang sejarah Negeri Paman Sam. Namun, dana yang digunakan untuk pendidikan diperoleh dengan meminjam.

Dikutip dari CNBC, Jumat (6/12/2019), butuh waktu 21 tahun untuk melunasi study loan yang rata-rata cicilan per bulannya mencapai 393 dollar AS. Kondisi itu secara otomatis membuat mereka sulit menabung.

Kedua, gaya hidup. Milenial di AS cenderung lebih suka menyewa hunian di lokasi yang terbilang mahal, seperti New York atau San Francisco. Alhasil, 30 persen pendapatan mereka habis untuk membayar biaya sewa tempat tinggal.

Ketiga, faktor belum menikah. Untuk pertama kalinya, hal ini menjadi penyebab rendahnya kepemilikan hunian pada generasi milenial di AS. Adapun tren tersebut terjadi karena kebanyakan dari mereka lebih menyukai kohabitasi atau malah memilih hidup sendiri. Dengan begitu, tak ada alasan bagi milenial di sana untuk membeli hunian.

Menariknya, faktor itu juga mendominasi permasalahan serupa di Indonesia saat ini. Berdasarkan survei Consumer Sentiment Study Semester II 2020 Rumah.com yang dimuat Kompas.com, Senin (30/11/2020), setidaknya 58 persen responden milenial atau di rentang usia 22-39 tahun mengaku belum memiliki hunian.

Dari jumlah tersebut, 63 persen di antaranya memilih menunda memiliki hunian lantaran belum menikah. Angka ini meningkat dari periode sebelumnya yang hanya sebesar 46 persen.

Fakta menarik lainnya, dari total responden milenial yang disurvei, 34 persen di antaranya mengaku masih tinggal bersama orangtua.

Sebagai informasi, survei Rumah.com ini dilakukan pada periode Januari hingga Juni 2020 terhadap 1.007 responden yang 67 persen di antaranya merupakan generasi milenial.

Country Manager Rumah.com Marine Novita mengatakan, kondisi tersebut bisa terjadi lantaran pola pikir masyarakat Indonesia yang masih menganggap hunian sebagai kebutuhan keluarga. Dengan kata lain, tempat tinggal baru perlu diwujudkan setelah mereka menikah.

Padahal, pasar properti Indonesia tengah dalam kondisi buyer’s market akibat suplai hunian yang meningkat hingga 10 persen dibandingkan triwulan sebelumnya.

Dalam kondisi itu, kata Marine, harga properti jadi lebih terjangkau. Ini dikarenakan banyak program terkait keringanan harga diberikan oleh pengembang.

Bukan itu saja, developer saat ini pun lebih fleksibel dalam menerapkan cicilan. Dengan demikian, kesempatan konsumen untuk memiliki hunian semakin terbuka lebar. Terlebih, jika sudah memiliki dana yang memadai.

Pilihan hunian

Kalau dukungan finansial kebetulan sudah mumpuni dan keinginan memiliki tempat tinggal sudah terbesit, hal selanjutnya yang perlu dipikirkan adalah memilih jenis hunian.

Jenis hunian secara umum terbagi dalam dua jenis, yakni rumah tapak dan hunian vertikal atau yang lebih dikenal dengan apartemen.

Masing-masing punya kelebihan dan kekurangannya sendiri. Namun, bila Anda lebih banyak berkegiatan di perkotaan, apartemen merupakan jawabannya.

Rata-rata apartemen dibangun dekat perkantoran, pusat kota, atau di lokasi yang dianggap strategis sehingga memiliki akses yang memudahkan mobilitas sehari-hari.

Tak hanya itu, apartemen biasanya juga memiliki integrasi dengan sederet fasilitas umum yang memudahkan hidup penghuninya, seperti mal, sarana hiburan, sekolah, universitas, dan rumah sakit.

Adapun pilihan apartemen yang memiliki sederet fasilitas lengkap, antara lain The Elements, Aerium, dan Southgate yang berada di Jakarta. Kemudian, Casa de Parco dan Akasa di Bumi Serpong Damai (BSD) City, Klaska Residence di Surabaya, dan The Nove di Nuvasa Bay Batam. Semua hunian vertikal ini merupakan hasil pengembangan Sinar Mas Land.

Sepak terjang Sinar Mas Land sebagai perusahaan pengembang properti telah diakui baik di dalam negeri maupun internasional. Hal ini dapat dilihat dari sejumlah penghargaan yang berhasil diraih dalam kurun lima tahun ke belakang.

Sebut saja FIABCI Awards, Asia Pacific Property Awards, MIPIM Asia Awards, Asia Property Awards, dan BCI Asia Awards. Terbaru, developer yang telah mengembangkan lebih dari 50 proyek tersebut dinobatkan sebagai Best Developer oleh Indonesia Property Award 2020.

Selain menghadirkan produk properti berkualitas, Sinar Mas Land juga kerap menggelar program keringanan harga. Salah satunya, Move in Quickly yang kini sudah masuk periode tiga.

Lewat program yang berlangsung hingga 31 Desember 2020 itu, konsumen bisa mendapatkan potongan harga sampai dengan 10 persen, lucky discount hingga tiga persen, dan deposito sebesar Rp 150 juta, serta peluang diskon tambahan hingga tiga persen melalui roda putar (spin wheel).

Bukan itu saja, Sinar Mas Land juga menggratiskan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), asuransi, provisi, dan administrasi.

Bagi yang tertarik membeli hunian dan ingin mengetahui lebih lanjut mengenai program Move in Quickly, silakan kunjungi laman www.sinarmasland.com/moveinquickly atau hubungi nomor telepon 021 53159000.

Nah, dengan segala peluang di atas, bukan tidak mungkin milenial memiliki hunian tanpa harus menunggu menikah terlebih dahulu. Ingat, Desember adalah bulan terakhir dari program Move in Quickly!

https://properti.kompas.com/read/2020/12/16/114300021/kebanyakan-milenial-masih-belum-punya-hunian-kenapa

Bagikan artikel ini melalui
Oke