"Di sana jenisnya rawa lebak dan rawa pasang surut, sekarang baru mulai irigasi sekitar 2.000 hektar, kemudian pengelolaan tanahnya dan water management-nya," kata Basuki dalam siaran pers yang dikutip Kompas.com, Senin (14/12/2020).
Basuki menjelaskan, kunci dari program pengembangan food estate adalah penyediaan air untuk irigasi areal sawah, terutama pada lahan potensial seluas 165.000 hektar yang merupakan kawasan aluvial, bukan gambut, pada lahan Eks-Pengembangan Lahan Gambut (PLG).
Pemanfaatan teknologi informatika dibutuhkan agar pengembangan sistem pertanian food estate lebih modern (modern agriculture system) sehingga dapat dimanfaatkan tidak hanya saat produksi tetapi juga pasca produksi.
"Paling penting adalah water management. Semua inovasi harus kita manfaatkan agar lebih berkembang," cetus Basuki.
Penerapan teknologi digital untuk pengelolaan SDA agar lebih terpadu atau Integrated Water Resources Management (IWRM) melalui penggunan Smart Water Management (SWM) atau manajemen air yang cerdas.
Penggunaan SWM dapat memanfaatkan teknologi antara lain smart sensor, real time monitoring, cloud services, hingga decision support system secara nirkabel yang digunakan dalam pengelolaan aliran air yang lebih baik mulai dari hulu hingga ke hilir.
"Ke depan kita akan lakukan secara otomatisasi di pintu-pintu airnya, sehingga dapat memanfaatkan keahlian IT di area rawa lebak, karena tidak mungkin 160 hektar dilakukan secara manual," imbuh Basuki.
https://properti.kompas.com/read/2020/12/14/111155721/basuki-ajak-ahli-hidraulik-bangun-food-estate-di-kalimantan-tengah