Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Salin Artikel

Milenial Amerika Makin Kesulitan Beli Rumah, Ini Alasannya...

Di Amerika misalnya, generasi milenial yang menjadi populasi terbesar saat ini, tidak seluruhnya memiliki rumah.

Sejumlah lembaga penelitian memprediksi kepemilikan rumah millineal saat ini justru lebih rendah dari kepemilikan rumah generasi sebelumnya, atau generasi orang tua mereka.

Laporan Kepemilikan Rumah Milenial Urban Institute Tahun 2018 menyebut, tingkat kepemilikan rumah milenial 8 persen lebih rendah dari Gen X dan baby boomer pada usia yang sama.

Kepemilikan rumah generasi baby boomers berada di angka 45 persen, sedangkan generasi X berada di angka 45,4 persen.

Angka tersebut cukup tinggi bila dibandingkan dengan milenial yang hanya berada di angka 37 persen.

Meski industri saat ini telah banyak memberikan sejumlah insentif untuk memudahkan calon konsumennya dalam memiliki rumah, tetapi hal itu masih sulit untuk memacu kembali tren pembelian rumah oleh milenial.

Bahkan, sudah menjadi hal umum bagi dewasa muda Amerika untuk memilih tinggal di rumah dalam beberapa tahun terakhir karena masalah keuangan.

Pada 2018, sekitar 25 juta orang Amerika berusia 18 hingga 34 tahun sudah tinggal di rumah.

Menurut analisis data Pew dari Biro Sensus, Pandemi Covid-19 telah memperparah kondisi keuangan milenial Amerika.

Milenial Amerika punya masalah hutang

Milenial adalah generasi paling terdidik dalam sejarah Amerika, tetapi banyak yang masih menanggung beban pinjaman pelajar (study loan).

Pusat Penelitian Pew menemukan bahwa jumlah rumah tangga dengan hutang pinjaman siswa meningkat dua kali lipat dari tahun 1998 hingga 2016.

Ketika rasio hutang terhadap pendapatan kaum milenial meningkat, mereka cenderung tidak dapat menabung untuk uang muka.

Selain tanggungan biaya pinjaman pendidikan yang mahal, kaum milenial Amerika lebih memilih menyewa tempat tinggal di lokasi yang cenderung lebih mahal.

The Urban Institute menemukan bahwa hampir setengah dari rumah tangga yang dikepalai oleh orang-orang berusia 18 hingga 34 tahun dibebani sewa.

Ini berarti bahwa mereka membayar lebih dari 30 persen dari gaji mereka hanya untuk menutupi sewa.

Dengan pola hidup migrasi milenial Amerika yang seperti itu, tentu akan mempengaruhi tingkat kepemilikan rumah secara negatif.

Laporan tersebut menunjukkan bahwa rumah tangga yang lebih berpendidikan pindah ke kota dengan populasi yang sudah sangat terampil.

Ambil contoh kota-kota seperti New York atau San Francisco, yang dikenal sebagai pusat keuangan dan inovasi, dan juga dikenal sangat mahal untuk ditinggali.

Covid-19 memang telah menyebabkan harga sewa turun di kota-kota besar karena lebih banyak pekerja berpengetahuan pindah dari daerah perkotaan.

Hal itu dibantu oleh perubahan besar dalam kebijakan kerja dari rumah (work from home) oleh perusahaan.

Namun, tren seperti itu justru malah menaikkan harga rumah di pinggiran kota.

Tetapi, saat ini usia rata-rata pernikahan justru 20-an tahun akhir. Bahkan, kebanyakan pria menikah pada usia 29 tahun.

Padahal, menurut Urban Institute, menikah meningkatkan kemungkinan memiliki rumah sebesar 18 persen.

Laporan tersebut memperkirakan bahwa jika tingkat pernikahan pada tahun 2015 setara dengan tingkat pernikahan pada tahun 1990, maka kepemilikan rumah milenial saat ini menjadi 5 persen lebih tinggi.

Pemberi pinjaman dan tantangan keragaman

Dibandingkan dengan generasi sebelumnya di Amerika, generasi milenial saat ini lebih beragam secara ras dan etnis.

Karenanya kerap terjadi diskriminasi di antara pemberi pinjaman. Hal itu mencegah banyak rumah tangga non-kulit putih mendapatkan hipotek yang mereka butuhkan untuk membeli rumah.

Menurut survei Zillow, mayoritas gen atau sebesar 59 persen calon konsumen milenial yang ingin membeli rumah merupakan pembeli kulit hitam.

Sementara permintaan calon pembeli rumah kulit putih hanya kurang dari 46 persen.

Sejumlah pemberi pinjaman di Amerika khawatir untuk memberikan pinjamannya kepada calon pembeli kulit hitam.

Sementara disebutkan juga antara tahun 1990 dan 2015, pangsa rumah tangga kulit putih turun 16 poin, dari 76 menjadi 60 persen.

Selama periode itu, konsumen rumah dari etnis Hispanik meningkat 9 poin, sementara konsumen etnis Asia-Amerika meningkat 3 poin, dan konsumen kulit hitam meningkat 2 poin.

Tetapi selama periode waktu ini juga, tingkat kepemilikan rumah dari hampir semua kelompok (kecuali etnis Hispanik) turun.

Dengan penurunan terbesarnya terjadi pada orang-orang kulit hitam di Amerika mencapai penurunan 6 poin

Sementara saat ini, tingkat kepemilikan rumah di kalangan milenial kulit hitam 26,2 persen lebih rendah daripada milenial kulit putih.

https://properti.kompas.com/read/2020/11/29/180000321/milenial-amerika-makin-kesulitan-beli-rumah-ini-alasannya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke