Peneliti Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia ( LIPI) Galuh Syahbana Indraprahasta mengutarakan fakta itu dalam webinar, Kamis (5/11/2020).
"Dari sisi jumlah atau persentase, memang proyek smart city Kominfo itu berada di Pulau Jawa," ujar Galuh.
Kemudian, disusul Pulau Sumatera sebanyak 18 persen, Sulawesi 5 persen, Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT) sebanyak 4 persen.
Disusul, di Papua sebanyak 2 persen dan Kalimantan sebanyak 10 persen.
Menariknya, lanjut Galuh, proyek smart city di Indonesia lebih banyak dilakukan di kabupaten ketimbang kota.
Hal ini disebabkan masyarakat Indonesia lebih banyak tinggal di kabupaten daripada kota, kecuali DKI Jakarta.
Galuh mengungkapkan, konsep proyek smart city tak hanya diinisasi oleh Kominfo tetapi juga dari Pemerintah Daerah (Pemda) dan teknologi vendor.
Teknologi vendor tersebut misalnya, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk atau Telkom Indonesia, PT Aplikanusa Lintasarta atau Lintasarta, serta PT Qlue Perform Indonesia atau Qlue.
Adapun tiga elemen yang ditetapkan Kominfo untuk menyeleksi suatu daerah memenuhi smart city yakni, struktur, infrastruktur, dan suprastruktur.
Pada segmen struktur, hal ini erat kaitannya dengan manusia, financial atau keuangan, dan tata kelola.
Kemudian pada segmen infrastruktur ini terdiri dari fisik, digital, dan sosial. Sementara pada segmen suprastruktur yaitu soal regulasi, kelembagaan, serta implementasi.
Jika ketiga elemen tersebut telah dinilai, maka ada 6 pilar yang menjadikan suatu kota menyandang status smart city.
Keenam pilar tersebut di antaranya, smart governance (tata kelola cerdas), smart branding (tata kelola pemasaran cerdas), smart economy (tata kelola ekonomi cerdas).
Kemudian, smart living (tata kelola hunian cerdas), smart society (tata kelola sosial cerdas), serta smart environment (tata kelola lingkungan cerdas).
https://properti.kompas.com/read/2020/11/05/201641021/pulau-jawa-dominasi-proyek-smart-city-sebesar-60-persen